Petrus Ngabi Telah Pulih dan Akan Kembali Beraktivitas

Hari Rabu (26/8/2020) jam 12.15 handphone saya berdering. Kendati sedang melayani pembelajaran online, sontak saya meraih perangkat komunikasi tersebut. Sepintas ku tengok, ternyata ada panggilan video call via WhatsApp dari pak Petrus Ngabi, anggota DPRD Ngada yang sempat dirawat karena menderita Covid-19 pada salah satu rumah sakit swasta di Surabaya.

Sebelum beliau menelpon, kami memang sempat ngobrol via WhatsApp. Obrolan kami berawal dari pertanyaan-pertanyaan ringan seputar kondisi kesehatan beliau dan cerita-cerita tentang ikatan perkawinan, dimana salah satu saudarinya kebetulan menikah dengan paman saya. Demikian juga ketika saya memperkenalkan asal muasal istri saya yang kebetulan juga berasal dari daerah yang sama dengan beliau. Chattpun terputus dan beliau mengalihkan ke obrolan via video call.


Ekspresinya via VC tampak sangat sumringah dan optimisme tergambar jelas dari raut wajahnya. Kondisinya saat ini saya amati sangat berbeda dibandingkan dengan pertemuan kami  lima belas hari sebelumnya yakni pada hari Selasa (11/8/2020). Dimana pada saat itu kami mengantar beliau untuk melakukan pemeriksaan yang akhirnya di lanjutkan dengan swab di RKZ Suarabaya.

Petrus Ngabi mengisahkan pengalamannya dalam tenunan cerita yang terkadang diselipi canda tawa bahkan sepintas saya amati, matanya sempat berkaca-kaca. Ada kisah getir yang membuat hati remuk, juga ada hal yang menggugah dan membuat decak kagum. Kisah yang direnda beliau berawal dari vonis dokter yang menyatakan dirinya positif terjangkit virus Corona dan respon keluarga besarnya serta tanggapan publik terutama di media sosial. Secara psikologis beliau sempat menolaknya, namun dengan ketegaran hati akhirnya pak Piet menerima dan pasrah dengan melakukan isolasi mandiri di hotel selama dua hari.

Bagi Petrus Ngabi, perjalanan hidupnya selama empatbelas hari ketika menjalani perawatan di rumah sakit adalah Via Dolorosa, jalan penderitaan yang harus ia tempuh menuju pemulihan diri secara menyeluruh dari sakit fisik yang dideritanya selama ini. Beliau menyampaikan bahwa cukup lama mengalami persoalan dengan saluran pernapasan, terutama paru-paru. 

Optimisme bahwa dirinya akan pulih secara holistik memang didukung oleh indikator yang bisa dipertanggungjawabkan seperti ; fasilitas kesehatan yang memadai, tim medis dan mekanisme pelayanan yang profesional. Tak segan  beliau menyampaikan bahwa, “ baru masuk Unit Gawat Darurat (UGD) saya sudah merasa sembuh, karena perawatnya ramah dan murah senyum serta intensitas pantauan dari dokter spesialis terjadwal dengan baik”. Ketika memasuki ruangan pemeriksaan yang lengkap dengan peralatan medis, Piet sempat bergumam dalam bahasa daerah “ ja’o muzi gha (saya sudah hidup).

 “Dua minggu bukanlah waktu yang singkat, apalagi jauh dari istri dan anak serta keluarga besar. Saya selalu berpikir positif, bahwa ada hikmah dibalik semua kejadian ini dan selalu merasa disapa oleh tim medis, itulah yang membuat saya bisa sehat bahkan badan saya semakin langsing” kata Petrus Ngabi menutup obrolan.

Mojokerto, 26 Agustus 2020

John Lobo

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Hidup Membiara

Panggilan Karya/Profesi

Tantangan dan Peluang untuk Membangun Keluarga yang Dicita-citakan