Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Menjaga Autentisitas : Merawat M’ri Agar Tidak Terkutuk

Gambar
Menjelang reba Deru yang akan dimulai malam ini, Sabtu (01/02/2020) sebanyak 30 lelaki dari suku Loma melakukan kegiatan membersihkan tempat-tempat khusus yang akan digunakan sebagai tempat ritual selama pagelaran pesta reba. Salah satu tempat ritual yang dimaksudkan adalah Keka L’la atau M’ri. Letak tempat tersebut berada di pintu masuk perkampungan woe Loma. “Hari ini kami barusan membersihkan rumahnya nenek moyang atau ebu nusi sekaligus memberi tahu bahwa nanti malam kami akan dheke Reba” kata Dakus Lina salah satu tokoh adat ketika dihubungi via telepon seluler. Perbaikan yang dilakukan oleh para kepala soma (Soro Mazi) dari setiap sa’o dan utusan dari masing-masing sa’o berkisar pada memperbaiki atap yang rusak (sulo keri) dan Puse kera yang terletak pada sisi kiri dan kanan atap dimana tempat tersebut untuk memasang sau bhuja juga memastikan bahwa M’ri menjadi tempat layak untuk menyimpan su’a uwi dari masing-masing sa’o pada saat prosesi Kelo Gha’e atau perarak

Sepa Uta

Gambar
Berdasarkan perhitungan kalender tradisional suku Ngada, perayaan Reba Deru Jatuh pada awal Pebruari. Namun pelaksanaannya tidak serta merta dilakukan. Ada ritus Sepa Uta yang mendahuluinya. Oleh karena itu pada hari Kamis (23/01/2020) telah diselenggarakannya upacara sepa uta yang berlangsung di Sa’o teke wesu Patola-Gebha Wea. Secara harafiah sepa berarti (makan) dan uta berarti (sayur), sehingga sepa uta ini diartikan sebagai “makan sayur” yakni sayur kacang. Upacara sepa uta merupakan bagian dari persiapan awal yang dilakukan sepuluh atau duabelas hari sebelum perayaan reba. Upacara ini dilaksanakan dirumah pokok( teke Wesu ) menjadi sinyal awal bahwa perayaan reba akan segera dimulai. Dalam upacara tersebut anggota keluarga yang merupakan teke wesu (pemangku adat) dikumpulkan dalam rumah pokok ( sa’o pu’u ) yakni di sa’o Patola (salah satu rumah   adat di woe Loma kampung Deru) untuk bersama-sama menjalankan acara tersebut. Ritus sepa uta memiliki tujuan agar selu

Reba Deru dan Upaya Melestarikan Nilai Kepercayaan

Gambar
Sejarah reba Deru tak bisa dipisahkan dari nilai sebuah kepercayaan.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga makna kepercayaan yang bertemali dengan reba Deru adalah ; orang yang dipercaya atau diserahi sesuatu (2001:856).Sedangkan menurut Lau dan Lee (1999) kepercayaan adalah   suatu kesediaan (willingness) seseorang bertujuan kepasrahan dirinya terhadap pihak lain dengan resiko tertentu.Misalnya kepercayaan terhadap sebuah merek,terjadi dari pengalaman masa lalu yang telah dilewatinya serta interaksi sebelumnya (Garbarino dan Johnson,1999). Anderson dan Narus dalam Aydin dan Ozer (2005) secara fokus menekankan bahwasannya trust dapat terjadi pada saat suatu kelompok percaya bahwa tindakan kelompok lainnya akan memberikan hasil terbaik bagi dirinya. Demikian juga proses pewarisan tradisi Reba Deru dari Mori Wesi kepada teke Wesu. Pemilik asli reba deru atau yang dikenal dengan sebutan mori wesu adalah Gale Ga’e dan Ngao Ngedo yang berasal dari Sa'o Sini Dewa nu