Memahami Makna Sakramen Ekaristi
Sakramen Ekaristi adalah salah satu dari tujuh sakramen dalam Gereja Katolik yang memiliki kedudukan Istimewa karena dianggap sebagai sumber dan Puncak seluruh hidup Kristen seperti ditegaskan dalam dokumen Konsili Vatikan II LG artikel 11.
Dalam Ekaristi umat Katolik percaya bahwa roti dan anggur yang dikonsekrasi oleh Imam benar-benar menjadi Tubuh dan Darah melalui tindakan Allah meskipun tetap memiliki rupa roti dan anggur. Proses ini disebut Transubstansiasi. Ada beberapa hal penting yang menjadi atensi kita yakni, Pertama : Pengertian Sakramen Ekaristi ekaristi berasal dari kata Yunani 'Eucharistia' yang berarti 'ucapan syukur'. Dalam konteks Gereja Katolik ekaristi adalah:
1. Peringatan akan misteri Paskah Kristus. Ekaristi mengingatkan dan menghadirkan kembali secara sakramental atau 'anamnesis' atas peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus, yang merupakan puncak karya penyelamatan Allah.
2. Perjamuan kudus. Dalam Ekaristi, umat Katolik makan tubuh dan minum darah Kristus yang dihadirkan melalui roti dan anggur yang dikonsekrasi.
3. Kurban Ekaristi adalah kurban Kristus yang dihadirkan kembali tanpa pengulangan dalam liturgi yang merangkum seluruh kurban Perjanjian Lama dan mencapai puncaknya dalam Kristus Anak Domba Allah.
4. Kehadiran nyata Kristus. Melalui doktrin
Transubstansiasi gereja mengajarkan bahwa substansi roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus meskipun bentuk lahiriahnya tetap sama.
Kedua, Dasar Alkitabiah.
1. Kitab Suci Perjanjian Lama sebagai Pratanda Ekaristi. Ekaristi telah dinubuatkan melalui berbagai peristiwa dan simbol dalam Perjanjian Lama.
a) Manna di padang gurun (Keluaran 16 : 4 - 35)
Roti yang turun dari Surga untuk bangsa Israel ini menjadi gambaran Kristus, roti hidup (Yohanes 6 : 48 - 51) .
b) Perjamuan Paskah (Keluaran 12 : 1 - 28) Anak domba yang disembelih dalam perjamuan Paskah menjadi lambang Kristus sebagai anak domba Allah dalam Yohanes 1 : 29, yang menghapus dosa dunia.
c) Korban Melkisedek dalam (Kejadian 14 : 18 - 20). Melkisedek, Imam Allah yang mempersembahkan roti dan anggur, merupakan gambaran Kristus sebagai Imam Agung yang mempersembahkan tubuh dan darahnya sendiri dalam rupa roti dan anggur.
2. Kitab Suci Perjanjian Baru, penggenapan dalam Kristus.
a) Perjamuan terakhir (Matius 26 : 26 - 28, Markus 14 : 22 - 24, dan Lukas 22 : 19 - 20) Yesus mengintitusikan Ekaristi dengan mengatakan, "Inilah Tubuhku" dan "Inilah darahKu"
b) Dalam 1 Kor 11 : 23 - 25 Paulus mengajarkan tradisi ini sebagai sesuatu yang diterima langsung dari Tuhan, menegaskan pentingnya Ekaristi dalam kehidupan komunitas Kristen.
c) Roti hidup (Yohanes 6 : 35 - 59) dalam khotbah roti hidup, Yesus berkata : "Barang siapa makan dagingKu dan minum darahKu Ia mempunyai hidup yang kekal (Yohanes 6 : 54). Ayat ini menjadi dasar teologis "kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi", sebagaimana gereja memahami secara literal perkataanNya.
Ketiga, Tradisi Suci
1. Kesaksian awal Para Rasul dan Bapa Gereja. Tradisi Suci adalah warisan hidup dari ajaran Kristus yang diteruskan melalui para rasul dan umat Kristen awal.
a) Didakhe (dokumen dari abad pertama), menjelaskan tata cara perayaan Ekaristi, menunjukkan bahwa praktik ini sudah berlangsung sejak zaman Para Rasul.
b) Santo Ignatius dari Antiokia dalam suratnya kepada Jemaat di Smirna sekitar tahun 107 Masehi, menegaskan keyakinan akan kehadiran nyata Kristus dalam ekaristi dan mengecam mereka yang menyangkalnya.
c) Santo Yustinus Martir, dalam Apologia sekitar tahun 150 masehi, ia menggambarkan Ekaristi sebagai perayaan yang berpusat pada doa konsekrasi dan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus.
d) Santo Agustinus menjelaskan bahwa dalam Ekaristi Gereja menerima Kristus dan juga dipersatukan dalam tubuh mistikNya.
2. Liturgi Awal Gereja. Sejak abad pertama Liturgi Ekaristi telah diatur secara khusus, mencerminkan pola yang diwariskan oleh Kristus dan para Rasul, Pembacaan kitab suci, doa syukur, konsekrasi, dan komuni.
Keempat, Ajaran Magisterium.
1. Konsili Trente. Konsili ini merumuskan secara tegas doktrin Ekaristi dalam menghadapi reformasi Protestan:
a) Transubstansiasi; Substansi roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kehadiran Kristus bers penuh dan nyata meliputi tubuh, darah, jiwa, dan keilahianNya.
b) Ekaristi sebagai kurban. Misa adalah peringatan Sakramental dari kurban Salib Kristus, yang dihadirkan kembali secara tak berdarah.
2. Konsili Vatikan II
a) Ekaristi sebagai sumber dan Puncak kehidupan Kristiani. Lumen Gentium (LG) dan Sacrosantum Concilium (SC) menekankan bahwa "Ekaristi pusat Liturgi gereja dan sarana utama Rahmat Allah"
b) Partisipasi aktif umat beriman umat ; Umat diundang untuk mengambil bagian secara penuh, sadar, dan aktif dalam perayaan Ekaristi.
3. Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan bahwa Ekaristi memiliki dimensi ganda: sebagai kurban dan perjamuan.
a) Sebagai kurban, ekaristi menghadirkan kembali karya keselamatan Kristus
b) Sebagai perjamuan, Ekaristi mempersatukan umat dengan Kristus dan sesama dalam tubuh mistiknya.
Kelima, Dimensi Teologis.
1. Kehadiran nyata Kristus. Dalam Ekaristi Kristus hadir secara substansial, bukan Han simbolis. kehadiranNya mencakup seluruh diriNya: tubuh, dara, jiwa, dan keilahian.
2. Kurban Kristus yang tak berdarah. Ekaristi adalah peringatan kurban salib yang dihadiirkan kembali dalam bentuk Sakramental. "Misa bukan pengulangan kurban Kristus," tetapi menghadirkan kembali kurban yang sama dalam waktu dan ruang.
3. Persekutuan dengan Kristus dan Gereja. Ekaristi mempersatukan umat dengan Kristus, dan melaluinya dengan semua anggota gereja baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.
4. Ekaristi sebagai janji kehidupan kekal. Dalam Yohanes 6 : 54, Yesus menjanjikan kehidupan kekal kepada mereka yang makan tubuhNya dan minum darahNya.
Keenam, Peran Ekaristi dalam hidup umat Katolik.
1. Santapan rohani. Ekaristi memberikan kekuatan untuk menghadap cobaan hidup dan mendukung pertumbuhan dalam kekudusan.
2. Sumber Rahmat. Sakramen ini mengampuni dosa ringan dan memperbaharui hidup spiritual.
3. Puncak doa Liturgi. Misa Kudus adalah bentuk doa tertinggi dalam gereja Katolik.
4. Tanda persatuan, dengan menerima Ekaristi umat menunjukkan kesatuan dengan gereja dan iman Katolik.
Dengan demikian Ekaristi adalah cinta Allah yang menjelma, misteri yang melampaui kata, dan pertemuan Surgawi yang nyata. Di altar Kudus, langit dan bumi berpadu di dalam roti dan anggur, Kristus hadir sepenuhnya tubuh, darah, jiwa, dan keilahinya.
Di sana cintaNya yang tak berkesudahan mengalir seperti sungai rahmat, menjamah hati yang haus akan damai sejati. Setiap perayaan Ekaristi undangan Ilahi, sebuah panggilan untuk masuk ke keheningan yang suci; dimana dosa dihapuskan, jiwa diperbarui, dan iman diperteguh.
Dalam santapan Surgawi ini, kita tidak hanya diberi makan, tetapi dipersatukan dengan Sang Roti Hidup, yang memberi kita kekuatan untuk mengasihi, melayani, dan hidup dalam pengharapan.
Datanglah dengan hati yang terbuka, dengan jiwa yang merindukan Tuhan, serta kerendahan diri seorang anak yang membutuhkan kasih Bapa. Dalam Ekaristi kita tidak hanya mengenang Kristus yang telah wafat, tetapi merayakan Kristus yang hidup ditengah kita, menyertai kita dalam ziarah menuju rumah abadi.
Biarlah setiap langkah kita menuju altar menjadi ziarah cinta. Biarlah setiap doa kita dihadapan Sakramen Maha Kudus menjadi nyanyian syukur. Dan, biarlah setiap Ekaristi yang kita rayakan mengobarkan dalam hati kita semangat untuk menjadi saksi Cinta Allah di dunia, karena dalam Ekaristi kita dipersatukan dengan Allah.
Salve
Sumber : P. Marsel SMM
Mojokerto, 15 Pebruari 2025
Komentar
Posting Komentar