Gereja yang Menjadi Saksi Kristus (Martyria)

  

Kompetensi Dasar 

 3.4. Memahami tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus 

4.4. Melibatkan diri tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus 

 Indikator 

  1. Menjelaskan arti tugas Gereja menjadi saksi Kristus 
  2. Menjelaskan makna kemartiran dalam Gereja Katolik
  3. Menceritakan contoh martir atau saksi-saksi Kristus jaman sekarang. 
  4. Mendeskripsikan bentuk partisipasi menjadi saksi Kristus sesuai dengan kedudu kannya di jaman sekarang. 

 Tujuan 

  1. Melalui penggalian pengalaman dan cerita kehidupan, peserta didik memahami makna kesaksian sebagai murid Kristus 
  2. Melalui menyimak dan mendiskusikan ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja, peserta didik memahami makna liturgi. 
  3. Melalui kegiatan refleksi, serta aksi kegiatan, peserta didik menghayati doa dan liturgi Gereja.

Bahan Kajian 

  1. Makna menjadi saksi Kristus (Kis 1: 8). 
  2. Arti dan makna kesaksian. 
  3. Kemartiran dalam Gereja Katolik. 
  4. Beberapa contoh martir atau saksi-saksi Kristus. 
  5. Partisipasi siswa dalam tugas kesaksian.
 Pemikiran Dasar 

Setiap orang yang mengaku Yesus sebagai Juruselamatnya, maka panggilan untuknya adalah menjadi saksi. Setiap orang percaya harus mengetahui tugas ini. Namun tidak jarang kita temukan masih banyak orang Katolik yang masih takut bersaksi. Mengapa takut bersaksi? Apabila kita pergi ke pengadilan, jika ada seorang saksi yang takut bersaksi maka kemungkinan besar bahwa kesaksiannya itu bohong atau tidak benar. Kemungkinan lain adalah saksi tersebut sedang diintimidasi, ditekan, diancam dan sebagainya, sehingga ia takut. Namun bagi kita orang Kristiani, kita harus berani bersaksi tentang Kritus sebagai Tuhan dan juruselamat kita. Injil Mateus 28 ayat 18 menegaskan : “Yesus telah menerima segala kuasa baik di sorga dan di bumi” Artinya bahwa, Yesus berkuasa atas segala-galanya. Biasanya di pengadilan, seorang saksi dihadirkan tugasnya untuk menceritakan dengan jujur dan benar apa yang diketahuinya saja. Ia tidak perlu membela diri, berdebat atau berusaha meyakinkan orang lain. Orang lain mau percaya atau tidak, bukan masalah yang penting saksi tersebut telah menceritakan dengan jujur dan benar. Ketidakpercayaan seseorang tidak akan mengubah kebenaran menjadi salah. Sedangkan untuk membela ada tugas orang lain lagi, yang kita sebut dengan pengacara atau pembela. Orang ini dibekali berbagai ilmu dan ahli untuk membela kliennya. Konteksnya kita sebagai orang yang percaya kepada Yesus, kalau kita diminta menjadi saksi artinya; kita mesti ceritakan apa saja yang kita alami bersama Yesus. 

Injil pertama-tama diwartakan dengan kesaksian, yakni diwartakan dengan, kata kata, tingkah laku dan perbuatan. Gereja juga mewartakan Injil kepada dunia dengan kesaksian hidupnya yang setia kepada Tuhan Yesus. Para murid Yesus dipanggil supaya mereka menjadi saksi-Nya mulai dari Yerusalem yang kemudian berkembang ke seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi (bdk. Kis 1:8). Menjadi saksi Yesus Kristus pun ada konsekuensinya, mulai dari penolakan hingga tindakan kekerasan. Stefanus adalah orang pertama yang mengalami penyesahan dan kemudian diakhiri hidupnya oleh kaum Yahudi secara mengenaskan(bdk. Kis 7:51-8:1a). 

Pada pembelajaran ini para peserta didik dibimbing untuk memahami makna menjadi saksi Yesus Kristus dalam hidupnya. Pewartaan dalam bentuk kesaksian hidup mungkin sangat relevan bagi kita di Indonesia. Kita hidup di tengah bangsa yang sangat majemuk dalam kepercayaan dan budayanya. Pewartaan verbal mungkin kurang simpatik dibandingkan dengan pewartaan lewat dialog, termasuk dialog hidup, di mana kita mewartakan iman kita melalui kesaksian hidup kita. Kita dapat menunjukkan hidup yang penuh kasih dan persaudaraan di tengah situasi yang sarat dengan permusuhan, kekerasan, dan terror. Kita dapat menunjukkan hidup yang bersemangat solider di tengah suasana hidup yang serakah dan korup karena didorong oleh nafsu kepentingan diri atau golongan.

Video Pembelajaran

Menyimak Wejangan Paus Fransiskus Tentang Martyria

Iman tidak Bisa Dinegosiasikan; Gereja Kita adalah Gereja Martir Memberikan kesaksian keterpaduan iman dengan berani: adalah sebuah ajakan dari Paus Fransiskus selama Misa yang dipimpinnya di Kapel Casa Santa Marta. 

Dalam homilinya yang singkat, Paus mengomentari bacaan-bacaan Alkitab pada hari Sabtu masa Oktaf Paskah: yang pertama merujuk kepada Petrus dan Yohanes yang memberikan kesaksian iman dengan berani di hadapan para imam kepala Yahudi meskipun menghadapi ancaman-ancaman, kemudian dalam bacaan Injil, Yesus yang bangkit menegur para rasul yang tidak mempercayai banyak orang yang telah meyakini melihat-Nya hidup. 

Sri Paus bertanya: “Bagaimana dengan iman kita sendiri? Kuatkah? Atau kerap kali seperti air mawar yang keruh?”. Ketika kesulitan-kesulitan hidup datang “apakah kita berani seperti Petrus atau merasa segan?“. Paus mengamati bahwa Petrus tidak kehilangan iman, ia tidak jatuh kepada kompromi-kompromi, karena “iman tidak bisa dinegosiasikan”. Paus juga meyakini bahwa “dalam sejarah umat Allah, telah ada pencobaan ini: menyurutkan iman sebagian, pencobaan menjadi sedikit ‘seperti yang dilakukan semua orang’, yaitu ‘tidak menjadi, sangat tegar”. Tetapi saat kita mulai menyurutkan iman, mulai mengkompromi iman, sedikit menjualnya kepada penawar tertinggi kata Paus menggarisbawahi maka kita memulai jalan apostasi, yaitu jalan ketidaksetiaan kepada Tuhan”. 

“Contoh iman dari Petrus dan Yohanes membantu kita, memberikan kita kekuatan, tetapi, dalam sejarah Gereja ada banyak martir sampai sekarang, karena untuk menemukan martir-martir tidak perlu mengunjungi kuburan atau ke Koloseum: martir-martir hidup saat ini, di banyak Negara. Umat Kristen kata Paus mengalami penganiayaan atas iman mereka. Di beberapa Negara banyak dari mereka tidak boleh membawa salib: mereka dihukum apabila melakukannya. Saat ini, pada abad XXI, Gereja kita merupakan Gereja para martir, yaitu orang-orang yang berbicara seperti Petrus dan Yohanes: “Kami tidak dapat berdiam terhadap apa yang telah kami saksikan dan dengarkan”. Paus melanjutkan, “Dan hal ini memberikan kekuatan kepada kita, yang kerap kali memiliki iman yang agak lemah. Memberikan kita kekuatan untuk bersaksi dengan hidup, iman yang telah kita terima, yang merupakan rahmat dari Tuhan kepada semua bangsa“. 

Sri Paus kemudian menutup homilinya: “Tetapi, kita tidak dapat melakukannya sendiri: itu adalah sebuah rahmat yaitu rahmat iman, yang harus kita mohon setiap hari: ‘Tuhan …peliharalah imanku, tambahlah imanku, agar selalu kuat, pemberani, dan bantulah aku di dalam saat-saat di mana – seperti Petrus dan Yohanes – aku harus memberikan kesaksian iman di hadapan banyak orang. Berikanlah aku keberanian‘. Ini akan menjadi sebuah doa yang indah pada hari ini: semoga Tuhan membantu kita untuk memelihara iman, membawanya maju, dan untuk menjadi, kita, wanita dan pria yang beriman. Amin“.

(Sumber: Radio Vatikan) (diterjemahkan oleh Shirley Hadisandjaja, 6 April 2013, dipublikasikan di www. http://katolisitas.org/11059/ empat-hal-tentang-visi-gereja-menurut-kardinal-bergoglio)

Pendalaman 
Beberapa Pertanyaan pendalaman dan dikerjakan !
  1. Jelaskan pengertian saksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi !
  2. Sebutkan kriteria menjadi seorang saksi !
  3. Apa saja tugas seorang saksi ?
  4. Apa komentarmu terhadap homili Paus Fransiskus di atas? 
  5. Apakah sebagai orang Katolik yang hidup di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk ini, engkau dapat melaksanakan tugas pewartaan kepada sesamamu? 
  6. Carilah dalam Kitab Suci Perjanjian Baru perihal pesan Yesus agar kita para pengikutNya siap menjadi saksiNya !
  7. Apa pendapatmu, bentuk pewartaan mana yang lebih cocok di negeri kita yang sangat majemuk dalam kepercayaan dan budaya ini
  8. Apakah sikap dan perilaku ku saat ini telah menjadi saksi tanda kehadiran dan karya keberbagian Allah? 
  9. Apakah saya telah menunjukkan keberpihakan dan keberbagian kepada kebena ran, kejujuran, kesejahteraan umum untuk yang lemah serta miskin?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Hidup Membiara

Panggilan Karya/Profesi

Tantangan dan Peluang untuk Membangun Keluarga yang Dicita-citakan