Apakah Orang Katolik Percaya Takdir?

 

Banyak orang bertanya apakah hidup kita sudah ditentukan sejak awal. Jika Allah tahu segalanya apakah kita masih benar-benar bebas memilih. Jawabannya dalam ajaran Katolik adalah Allah memang memiliki rencana bagi kita tetapi kita tetap memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidup kita.  

Pertama, Allah memang tahu masa depan, tapi IA tidak memaksa orang untuk percaya. Bayangkan seorang guru yang sangat mengenal muridnya. Ia tahu bahwa murid ini tidak belajar, dia pasti gagal dalam ujian. Tapi, apakah itu berarti sang guru yang membuatnya gagal ? Tidak ! murid itu sendiri yang memilih untuk tidak belajar. Begitu pula dengan Allah. Dia tahu setiap pilihan yang akan kita buat, tetapi dia tidak memaksa kita untuk memilih sesuatu. Allah bukan dalang yang menggerakkan wayang tetapi seorang Bapa  yang memberi kita kebebasan. Allah bukan seorang anak yang mengendalikan mobil mainan dengan remot 

Kedua, Hidup bukan seperti film yang sudah jadi. Ada yang berpikir bahwa hidup ini seperti film yang sudah selesai dibuat, kiita hanya menjalani sesuatu yang sudah ditentukan tanpa bisa mengubahnya. Tetapi dalam iman Katolik, hidup kita bukan seperti film yang sudah jadi, melainkan seperti perjalanan dimana kita harus memilih rute kita sendiri. Allah sudah memberi kita peta dan Kompas rahmatNya, firmanNya, gerejaNya tetapi kita sendiri yang menentukan apakah kita mau mengikuti jalan yang benar atau tersesat atau tersesat dijalan yang salah?

Ketiga, Allah ingin semua orang selamat. Faktanya tidak semua mau. Allah menghendaki semua orang selamat (1 Tim 2 : 4). Tetapi tidak semua menerima kasih dan rahmatNya. Bayangkan ada yang mengalami kehausan lalu seseorang memberinya  segelas air. Jika ia menolak minum, apakah itu salah si. Pemberi? Tidak! Begitu juga dengan keselamatan, Allah memberi rahmatNya tetapi kita harus menerimaNya.

Allah mengutus Kristus PutraNya sebagai juru selamat tetapi ada banyak yang tidak percaya dan menolaknya. Yesus diutus Allah Bapa kepada bangsa Yahudi untuk menjadi tebusan bagi dosa mereka, namun mereka memiliki kehendak bebas untuk memilih untuk menerima atau menolaknya. Faktanya banyak yang masih menolaknya sampai hari ini. Allah bukan penguasa yang otoriter. Jika Allah otoriter, maka Allah tidak perlu mengutus Yesus menjelma menjadi manusia melalui Bunda Maria untuk mengajarkan jalan menuju surga Allah. Allah bisa saja bersabda dari surga alias bim salabim atau Kun Fayakun maka semua manusia tunduk kepadanya. Tidak ! Allah kita adalah seorang Bapa yang baik yang saking mencintai kita anak-anaknya rela menciptakan kehendak bebas yang melekat erat dalam diri kita. 

Ia hanya memberikan peta perjalanan melalui hidup dan ajaran Yesus PutraNya melalui Gereja Katolik yang didirikan putranya melalui para paus dan para Uskup yang menjadi pengganti Rasul Petrus dan para rasul lainnya yang terus berkarya melalui misi Allah mengajarkan jalan Kristus sampai kedatangan Yesus yang kedua kalinya. 

Gereja Katolik terus bekerja sama dengan rahmat Allah melalui sakramen-sakramennya untuk menyelamatkan umat manusia tanpa memaksa tetapi tetap dengan menghormati kehendak bebas mereka untuk menerima atau menolak. Itulah jalan Allah yang dikenal dalam Alkitab yang diajarkan baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. 

Keempat, Jika semuanya sudah ditentukan, tidak ada gunanya berdoa dan berbuat baik. Jika semuanya sudah ditentukan secara mutlak, maka doa, pertobatan, dan perbuatan baik tidak ada gunanya. Tetapi Yesus sendiri mengajarkan kita untuk berdoa, bertobat, dan mengasihi sesama. Itu berarti pilihan kita sungguh bermakna. Jika Allah hanya menentukan siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka  tanpa mempertimbangkan perbuatan  manusia maka tidak ada keadilan didalam diri Allah. 

Tetapi karena Allah adil dan penuh kasih, Dia memberi kita kesempatan untuk memilih dan bertanggung jawab atas semua pilihan yang kita buat dalam hidup ini. Inilah yang membedakan dengan Tulipnya Calvin. 

Kesimpulan :

Kita memiliki peran dalam rencana Allah. Gereja Katolik percaya bahwa Allah memiliki rencana bagi kita tetapi kita masih tetap bisa memilih. Allah tahu masa depan, tetapi tidak menentukan  segalanya secara paksa. 

Keselamatan adalah kerjasama antara rahmat Allah dan keputusan kita. Pilihan kita berharga di mata Allah dan berdampak bagi hidup kita sendiri. Jadi, hidup kita bukan seperti robot yang diprogram atau boneka yang digerakkan tali atau wayang di tangan sang dalang, tetapi seperti petualangan dimana kita bebas memilih jalan dengan bimbingan kasih Allah. 

Jika kita diciptakan Allah tanpa kehendak bebas untuk memilih jalan hidup ini, niscaya tidak ada kejahatan dan dosa yang dibuat oleh umat manusia. Namun, faktanya dosa dan kejahatan terus merajalela di bumi.  Pun dalam diri orang yang mengaku paling beragama, tetapi tidak menghayati dengan sungguh ajaran agamanya tentang berbuat baik, tidak boleh korupsi, tidak selingkuh, tidak boleh membunuh, tidak boleh menyuap, tidak boleh memeras, dan menindas yang lemah, dll. 

Dengan demikian, ajaran tentang takdir menurut John Kelvin yang mirip dengan takdir dalam Islam tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Jadi bagi umat Katolik stop sudah anda mengatakan bahwa semua ini takdir Allah Ketika anda mengalami kepahitan hidup karena salah melangkah atau salah memilih dalam hidup ini. 

Anda sudah diberikan nurani yang jernih, akal budi yang Arif, dan Alkitab serta ajaran Gereja Katolik yang baik dan benar sebagai panduan untuk memilah dan memilih dengan tepat dalam hidup ini setiap saat. Jangan jadikan Allah sebagai kambing hitam atas pilihan anda yang salah dalam hidup ini dengan mengatakan "ini takdir yang kuasa." Salam waras penuh akal sehat. Dominus Fobiscom, Salve. 

Sumber : P. Marsel SMM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Hidup Membiara

Panggilan Karya/Profesi

Tantangan dan Peluang untuk Membangun Keluarga yang Dicita-citakan