Gereja yang Membangun Persekutuan (Koinonia)
Kompetensi Dasar
3.4. Memahami tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus
4.4. Melibatkan diri tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus
Indikator
- Menjelaskan makna persekutuan (koinonia) Gereja Katolik
- Menjelaskan makna Komunitas Basis Gerejni
- Menjelaskan ciri-ciri Komunitas Basis Gerejani
- Menjelaskan fungsi Komunitas Basis Gerejani
- Menjelaskan upaya-upaya untuk membangun Komunitas Basis Gerejani
Tujuan
- Melalui penggalian pengalaman dan cerita kehidupan, peserta didik memahami makna tugas Gereja yang membangun persekutuan (koinonia).
- Melalui menyimak dan mendiskusikan ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja, peserta didik memahami makna persekutuan.
- Melalui diskusi, peserta didik memahami makna, ciri-ciri Komunitas Basis Gerejani
- Melalui kegiatan refleksi, serta aksi kegiatan, peserta didik menghayati persekutuan dalam Komunitas Basis Gerejani.
Pemikiran Dasar
Gereja bukan sekadar organisasi saja, namun merupakan kumpulan anggota Umat
Allah yang hidup bersekutu, bersatu dalam nama Tuhan. Maka apa beda Perusahaan
(Organisasi) dan Gereja? Dalam suatu organisasi kalau salah satu departemennya
“mogok” paling-paling yang mogok itu di PHK, kemudian manajemen mencari orang
lain menggantikan. Tetapi di dalam Gereja kalau ada salah satu anggotanya mogok,
kita akan usahakan supaya dia kembali. Kita akan berusaha memahami kesulitannya,
kita akan mendoakan dia, kita akan menolong dia, kita akan membesuk dia, kita akan
turut simpati keadaannya. Sinkat kata, kita dalam semangat kebersamaan berusaha
menolong anggota Gereja yang mengalami kesulitan atau kesusahan karena kita
adalah satu kesatuan keluarga Allah (Gereja).
Dalam Kitab Suci, dikatakan; Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan
pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota
keluarga Allah (Efesus 2:19). Artinya bahwa kesatuan dan kebersamaan orang-orang
percaya di dalam Kristus disebut persekutuan. Kata yang dipakai untuk persekutuan
dalam bahasa Yunani adalah Koinonia yang berasal dari kata dasar koinos yang
berarti lazim atau umum. Artinya berkaitan dengan kebersamaan. Dalam Galatia
2:9, digambarkan bahwa Paulus dan Baernabas dengan berjabatan tangan sebagai
tanda persekutuan diterima secara penuh dalam persekutuan yang dijadikan oleh
iman bersama kepada Kristus. Tanda hubungan erat antara kedua belah pihak, bahwa
mereka bersekutu dalam Kristus. Maka koinonia (persekutuan) mempunyai dasar
dan tujuan yang berasal dari Yesus Kristus. Dasar dan tujuan ini tidak dapat diganti
dengan dasar dan tujuan yang lain. Jikalau persekutuan ini mengganti dasar, yang sudah diletakkan oleh dan di dalam Yesus Kristus maka persekutuan ini kehilangan
hakekatnya dan secara azasi bukan persekutuan (koinonia) lagi. Koinonia adalah
persekutuan jemaat di dalam Kristus, walaupun banyak anggota namun membentuk
satu tubuh Kristus. Di dalam Koinonia ini kita tidak hanya sekedar bersekutu, tetapi
kita mengabarkan Injil Kerajaan Allah melalui perkataan/ kesaksian (Martyria)
maupun perbuatan /pelayanan (Diakonia) dimana saja kita berada.
Pada pelajaran ini, para peserta didik dibimbing untuk memahami makna dan hakikat
Gereja yang membangun persekutuan, antara lain melalui gerakan Komunitas Basis
Gerejani (KBG) yang telah dicanangkan pada Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia
(SAGKI). Peserta didik diharapkan menghayati semangat persekutuan umat itu di
lingkungan dimana ia berada.
Mengamati Makna Persekutuan Umat
“Sekitar 60 orang yang terdiri dari Pastor, Bruder, Suster, dan Awam dari tujuh paroki
di Kevikepan Kepualauan Bangka-Belitung sepakat untuk terus mengembangkan
Komunitas Basis Gerejani (KBG). Kesepakatan tersebut dibuat pada akhir sinode
yang diadakan pada 14-15 Juni di Rumah Retret Puri Sadhana, Bangka Tengah.
Uskup Pangkalpinang Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD turut hadir pada pertemuan
tersebut.“Semua orang menyarankan agar KBG terus dikembangkan di sini,” kata
Pastor Fransiskus Tatu Mukin.
Ia mengatakan ada dua alasan untuk terus mengembangkan komunitas basisi. Pertama
karena keuskupan Pangkalpinang melayani wilayah yang terdiri dari beberapa pulau.
Kedua, umat Katolik tinggal berjauhan, bahkan ada yang tinggal di pulau kecil yang
sama sekali tidak terhubungkan dengan paroki terdekat.“KBG memungkinkan umat
Katolik membangun semangat persaudaraan di antara mereka dan juga dengan
pengikut agama lain. Melalui KBG, orang-orang yang punya jiwa melayani bisa
tampil,” katanya. Kevikepan Bangka-Belitung sudah memulai komunitas basis sejak
tahun 1995 dan dijadikan prioritas pada sinode tahun 2000.
Dalam homili pada penutupan sinode, Mgr Hilarius mengatakan pemberdayaan
komunitas basis merupakan perwujudan dari Gereja partisipatif di Kevikepan
tersebut.“KBG bisa diartikan sebagai persatuan antara Umat Tuhan yang selalu
melihat Kristus sebagai pusat dari segala sesuatu dan yang melanjutkan misi Kristus
dalam kehidupan mereka sehari-hari,” kata uskup. KBG merupakan kelompok orang
Kristen di tingkat keluarga atau tetangga, yang datang dan berkumpul bersama untuk
berdoa, membaca Kitab Suci, katekese, serta diskusi tentang masalah keseharian
manusia dan gereja dengan tujuan untuk tercapai komitmen bersama.” (ucanews.
com)
Menyimak Video Pembelajaran
Menggali Ajaran Kitab Suci tentang Persekutuan Umat
(Komunitas Basis Gerejani)
Menyimak Kisah Para Rasul 4:32-37
Pendalaman Materi
- Apa makna KBG,
- Apa hubungan KBG dengan Persekutuan Umat
- Apa fungsi KBG
- Apa Makna persekutuan menurut Kitab Suci,
- Apa ciri-ciri persekutuan umat
- Apa fungsi persekutuan umat
- Apa kaitan persekutuan umat dalam Kitab Suci dengan Komunitas Basis Gere jani yang sedang dikembangkan di Gereja Indonesia
Elaborasi
Gambaran tentang persekutuan umat atau komunitas basis model jemaat perdana
(Kis 4:32-37) dapat menjadi model atau cermin bagi kita untuk membangun
persekutuan umat atau Komunitas Basis. Model Komunitas Umat perdana itu tidak
dimaksudkan hanya untuk kelompok kecil umat saja, tetapi sesungguhnya model
hidup (gaya hidup) Jemaat Perdana itu juga merupakan patron dan acuan untuk
model atau cara hidup Gereja (umat beriman) sepanjang waktu, partikular maupun
universal. Artinya bahwa cara hidup jemat perdana itu juga tetap merupakan cita-cita
yang terus-menerus diupayakan, diperjuangkan dan diwujudkan oleh umat beriman
sepanjang waktu.
Ciri-ciri utama cara hidup jemaat perdana itu nampak sangat menonjol dalam lima
hal yaitu adanya:
- Persaudaraan/persekutuan
- Mendengarkan Sabda/pengajaran
- Pelayanan terhadap sesama/solidaritas
- Perayaan iman/pemecahan roti/doa
- Memberi kesaksian iman (tentang Tuhan) melalui cara hidup mereka. Karena cara hidup mereka itu, mereka disukai semua orang, jumlah mereka makin lama makin bertambah dan mereka sangat dihormati orang banyak.
Perlu dipahami bahwa cara hidup berkomunitas seperti yang mereka miliki itu
muncul karena tuntutan situasi dan lingkungan yang mengharuskan mereka untuk
menemukan cara baru sebagai orang-orang yang telah dibaptis, yang percaya kepada
Tuhan. Bisa dimengerti pada waktu itu, sekitar awal-awal abad pertama mereka masih
merupakan kelompok kecil di tengah kelompok (lingkungan) lain yang jauh lebih
besar, bahkan mungkin mengancam mereka juga. Sebagai kelompok kecil, yang baru
memiliki identitas sendiri sebagai orang beriman, yang berbeda dari orang-orang
lain di sekitar mereka, mau tidak mau mereka harus bersekutu, bersaudara, saling
memperhatikan, saling membantu dan harus memberikan kesaksian bahwa mereka
adalah orang-orang yang baik (sebagai orang yang percaya), agar mereka dapat
diterima dan dihargai oleh orang-orang lain yang di sekitar mereka. Itu semua mereka
lakukan demi iman mereka akan Tuhan Yesus. Iman mereka menjadi penggerak (Buku Guru Kelas XI SMA/SMK
152) utama dan sekaligus menjadi sumber kekuatan bagi mereka, untuk melakukan apa
yang terbaik bagi diri mereka sendiri dan juga bagi orang lain di sekitar mereka.
Apa yang mereka lakukan sebetulnya merupakan suatu proses pemahaman akan
jati diri mereka sebagai orang beriman. Kiranya karena keadaan lingkungan yang
menuntut, mereka berusaha mengenal diri mereka sendiri, sesungguhnya siapa
mereka atau apa ciri khas mereka sebagai orang beriman, bagaimana mereka harus
berada di tengah lingkungan masyarakat dan apa yang harus mereka lakukan? Juga
cara mereka mengatur persekutuan (paguyuban) dan melayani kebutuhan sesama
warga komunitas sejauh kita bisa amati dalam Kisah Para Rasul itu, lebih bersifat
spontan dan sukarela, muncul dari dorongan hati nurani, dengan kerendahan
hati dan ketulusan masing-masing. Kiranya tidak bisa dikatakan bahwa mereka
merupakan komunitas yang sudah jadi atau sudah mapan. Kegiatan mereka pastilah
belum berdasarkan rumusan visi, misi, strategi dan program kerja serta anggaran dana
operasional seperti yang kita mau lakukan. Mereka belum mengenal ilmu manajemen
yang sangat menekankan sistim, struktur serta mekanisme kerja yang jelas dan rapi,
dengan aturan main dan batasan-batasan kewenangan yang jelas. Kiranya cara
mereka mengatur kebersamaan jauh dari kecanggihan sistim dan metode-metode
seperti yang kita gulati sekarang.
Namun nampak sekali dari cerita seperti yang dipaparkan dalam Kisah para rasul itu
bahwa mereka merupakan komunitas yang sangat hidup, sangat terbuka, sangat aktif
dan sangat dinamis. Dan yang paling menarik ialah cara hidup mereka, cara berada
mereka sangat efektif, berdampak sangat positif bagi orang-orang lain di sekitar
mereka, sehingga mereka disukai semua orang (Kis 2:47), jumlah orang yang percaya
kepada Tuhan makin hari makin bertambah (Kis.2:47; Kis. 5:14), dan mereka sangat
dihargai oleh orang banyak (Kis. 5:13).
Hal yang sangat penting bahwa iman mereka akan Tuhan adalah landasan atau
sokoguru atau tulang pungggung dari segala upaya yang mereka lakukan untuk
meneguhkan keberadaan mereka di tengah lingkungan (di tengah dunia), dan
untuk mewartakan atau memberikan kesaksian tentang apa yang mereka percaya.
Adapun hal-hal lain yang pada permukaan tampak dalam wujud tindakan sosial dan
ekonomi, aksi solidaritas, kepedulian kepada sesama, menolong dan menyembuhkan
orang sakit (Kis. 5:16) adalah merupakan buah, hasil atau dampak dari iman mereka
kepada Tuhan, merupakan hasil dari upaya meneguhkan dan mewartakan iman
mereka sendiri. Maka komunitas Jemaat Perdana adalah komunitas iman, komunitas
spiritual, komunitas yang digerakkan oleh Roh Kudus, komunitas orang-orang yang
bertobat (mau berubah), bukan komunitas yang terbentuk pertama-tama karena
alasan-alasan (kepentingan) sosial, ekonomi atau kekuasaan. Tatanan duniawi,
urusan sosial-ekonomi justru diresapi, dijiwai, digerakkan, oleh/karena iman mereka
akan Tuhan itu dan bukan sebaliknya.
Komentar
Posting Komentar