Awam, Pembela Iman Katolik di Era Digital
Judul artikel ini jika diganti dalam bentuk pertanyaan maka formatnya adalah "Bolehkah seorang umat awam Katolik terlibat dalam aktivitas apologia baik di dunia nyata maupun di dunia maya"?
Fenomena kebangkitan umat Katolik awam dalam apologetika di media sosial adalah perkembangan menarik dalam lanskap evangelisasi modern. Pemahaman fenomena ini akan mendalam bila kita menganalisisnya dalam tiga aspek yakni: Alkitab, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja. Setelah itu kita akan membahas rambu-rambu yang wajib dipatuhi oleh apologet awam Katolik agar tetap dalam koridor iman yang benar.
Pertama, Perspektif Alkitabiah. Kitab Suci menegaskan bahwa setiap orang beriman dipanggil untuk memberi Kesaksian tentang iman mereka. Hal ini berlaku tidak hanya bagi para imam dan Uskup tetapi juga bagi umat awam.
1) Perintah untuk memberi jawaban dan bertanggung jawab atas Iman (1 Petrus 3 : 15): "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan, dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu tetapi harus dengan lemah lembut dan hormat." Ayat ini adalah dasar apologetika.
Petrus menekankan bahwa setiap orang percaya harus siap membela Iman mereka tetapi dengan sikap lemah lembut dan hormat bukan dengan kebencian atau arogansi.
2) Ajaran Yesus tentang mewartakan kabar baik (Matius 28 : 19) atau amanat agung "Pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu."
Perintah Yesus ini memang ditujukan pertama-tama kepada para Rasul atau Hierarki Gereja tetapi juga diperluas kepada semua orang beriman yang terlibat dalam misi evanjelisasi dan katekisasi.
3) Karunia Roh Kudus bagi setiap orang percaya. Dalam 1 Korintus 12 : 4 - 7 "Ada rupa-rupa Karunia tetapi satu Roh...kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan roh untuk kepentingan bersama. " Karunia seperti hikmat, pengetahuan, dan pengajaran juga diberikan kepada umat awam. Bukan hanya kepada klerus. Ini berarti apologetika juga bisa menjadi panggilan bagi orang-orang awam yang memiliki talenta dan karunia yang sesuai.
Kedua, Perspektif Tradisi Suci. Gereja Katolik memiliki sejarah panjang apologetika dan di dalamnya kita melihat peran penting para awam.
1) Apologet awam dalam sejarah gereja. Beberapa apologet besar dalam sejarah gereja sebenarnya adalah awam, bukan klerus misalnya Yustinus Martir tahun 100 - 165 masehi. Seorang filsuf dan apologet awam yang menulis apologi pertama dan kedua untuk membela Iman di hadapan Kaisar Romawi. G.K Chesterton tahun 1874 - 1936 seorang penulis awam yang membela Iman Katolik melalui esai dan buku-bukunya seperti "Ortodoxy" dan "The Everlasting Man." Ini menunjukkan bahwa apologet awam memiliki tempat yang sah dalam tradisi gereja.
2) Katekismus Gereja Katolik (KGK) tentang Keterlibatan awam. KGK 900: "Karena panggilan mereka sebagai orang awam, mereka wajib mewartakan Injil dengan contoh hidup dan juga dengan kata-kata." Hal ini menegaskan bahwa awam tidak hanya boleh tetapi harus terlibat dalam pewartaan iman.
3) Ajaran Konsili Vatikan II. Lumen Gentium (LG) atau konstitusi dogmatis tentang Gereja menekankan bahwa: "Umat awam memiliki bagian dalam tugas kenabian gereja yang mencakup pembelaan Iman." "Apostolicam Aktuositatem" atau dekrit tentang kerasulan awam yang mendorong keterlibatan aktif awam dalam evangelisasi.
Ketiga, Perspektif Magisterium Gereja.
1) Otoritas mengajar tetap di bawah hierarki gereja. Meskipun awam memiliki hak dan kewajiban untuk membela Iman mereka tetap harus tunduk pada otoritas magisterium Gereja yaitu Paus dan para Uskup dalam persekutuan dengan Paus (KGK 85 - 87)
2) Tanggung jawab moral dalam evangelisasi digital. Paus Benediktus ke-16 dalam pesan hari komunikasi sedunia 2011 menekankan bahwa "Media digital adalah sarana baru untuk evangjelisasi tetapi harus digunakan dengan kehati-hatian." Paus Fransiskus dalam "Christus Vivit (2019) menekankan bahwa " Awam yang aktif di media sosial harus mengedepankan kebenaran, cinta kasih, dan menghindari sikap konfrontatif yang berlebihan."
Keempat, Rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh apologet awam Katolik. Berdasarkan prinsip-prinsip di atas ada beberapa rambu-rambu penting yang harus dipatuhi oleh umat awam yang aktif dalam apologetika di media sosial antara lain :
1) Tetap setia pada ajaran gereja. Jangan mengajarkan doktrin yang menyimpang dari ajaran resmi Gereja Katolik. Jika ada keraguan rujuklah Katekismus Gereja Katolik (KGK) atau sumber resmi lainnya.
2) Menggunakan bahasa yang beradab dan berbelas kasih. Apologetika harus dilakukan dengan lemah lembut dan hormat (1 Petrus 3 : 15). Jangan menggunakan kata-kata kasar, merendahkan, atau penuh kebencian, karena ini justru mencoreng wajah gereja.
3) Tidak melampaui otoritas Magisterium. Jangan mengeluarkan pernyataan seolah-olah memiliki otoritas untuk mengajarkan dogma baru. Ingat bahwa hanya Paus dan para Uskup yang memiliki kewenangan mengajarkan secara definitif.
4) Menghindari polarisasi dan fanatisme berlebihan. Jangan jatuh ke dalam perangkap ekstremisme Katolik yang anti terhadap Hierarki Gereja atau menciptakan faksi-faksi dalam tubuh Gereja. Hindari sikap lebih Katolik daripada Paus.
5) Mengutamakan pendidikan diri yang baik. Seorang apologet harus terus belajar dari sumber-sumber yang kredibel seperti Alkitab Deuteroanonika, dokumen Konsili Vatikan II, dan Konsili lainnya, Katekismus Gereja Katolik, dokumen-dokumen magisterium lainnya, dan tulisan para bapak gereja, dan apologet Katolik terpercaya. Intinya jangan asal berbicara tanpa dasar yang kuat.
6) Membangun jembatan bukan menghancurkan. Apologetika bukan hanya tentang membantah kesalahan tetapi juga menarik orang ke dalam kebenaran. Fokuslah pada Evangelisasi bukan sekadar debat kusir yang tidak membangun. Jika ada kecenderungan debat kusir langsung skip dan fokus ke topik.
Kesimpulan
Kebangkitan umat awam dalam apologetika Katolik di media sosial adalah fenomena positif yang sangat diapresiasi karena didukung oleh Alkitab, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja. Namun, agar tetap dalam jalur yang benar apologet awam harus tetap setia pada ajaran Gereja Katolik, menggunakan bahasa yang santun, dan beradab tidak melampaui otoritas magisterium, menghindari fanatisme, dan tidak mengkafirkan orang lain.
Terus belajar dan selalu mengutamakan Evangelisasi yang membawa orang lebih dekat kepada Kristus dan gereja yang ia dirikan di atas dasar Petrus dan para rasul lainnya. Jika dilakukan dengan benar, ini dapat menjadi bagian dari misi besar gereja dalam menghadapi tantangan zaman modern dan membangun kerajaan Allah di dunia digital.
Terus berkarya dalam dunia apologia . Semoga makin saling meneguhkan Iman antar umat Katolik dan makin banyak membawa orang masuk dalam bahtera keselamatan Santo Petrus.
Sumber : P. Marsel, SMM
Dominus Fobiscum
Salve
Transkriptor : John Lobo
Komentar
Posting Komentar