Motivasi Dibalik Retorika Protestanisme

 

Motivasi utama retorika Decky Nggadas tampaknya bukan hanya sekadar menentang Gereja Katolik, tetapi juga membentuk narasi di mana kesatuan dalam iman Kristen dianggap mustahil, sehingga perpecahan menjadi hal yang wajar atau bahkan seharusnya diterima.

Jika kita menganalisis pola pikir dan strategi retorikanya, ada beberapa kemungkinan motivasi utama di balik serangannya terhadap Gereja Katolik:

1. Mempromosikan Relativisme Teologis: "Semua Orang Bebas Menentukan Kebenaran Sendiri"

Salah satu ciri khas retorika Decky adalah upayanya untuk menunjukkan bahwa kesatuan dalam iman adalah mitos, dan setiap orang bebas menafsirkan iman mereka sendiri.

Ia mengklaim bahwa Katolik sebenarnya juga terpecah, sehingga Protestanisme yang lebih terfragmentasi pun tetap sah.

Ia mendukung theological triage, yang pada dasarnya menormalisasi perbedaan ajaran dan mengurangi urgensi untuk mencari kebenaran mutlak.

Ia ingin menunjukkan bahwa kesatuan iman bukanlah sesuatu yang objektif, tetapi lebih merupakan ilusi yang dipaksakan oleh otoritas gerejawi.


Motivasi yang tersembunyi

Jika kesatuan itu hanya ilusi, maka tidak ada yang berhak mengklaim memiliki kebenaran penuh.

Ini berarti tidak ada satu otoritas pun (termasuk Magisterium Katolik) yang memiliki hak untuk menetapkan doktrin yang mengikat.

Pada akhirnya, ia ingin menggiring orang pada kesimpulan bahwa iman itu subjektif dan bahwa tidak ada satu Gereja pun yang bisa mengklaim sebagai “satu, kudus, katolik, dan apostolik.”

🔥 Tujuan akhirnya: Menghancurkan konsep otoritas dalam iman Kristen dan menggantikannya dengan pluralisme yang tak terkendali.

📌 Analogi: Seperti seseorang yang ingin menghancurkan konsep pemerintahan dengan mengatakan, "Tidak ada negara yang benar-benar stabil, jadi anarki adalah hal yang wajar dan harus diterima."

2. Menjadikan Perpecahan sebagai Justifikasi bagi Protestantisme

Decky juga tampaknya berusaha melindungi Protestanisme dari kritik tentang fragmentasi.

Salah satu argumen utama Katolik terhadap Protestanisme adalah bahwa ribuan denominasi Protestan membuktikan bahwa mereka kehilangan kesatuan yang dijanjikan Yesus.

Jika Decky bisa membuktikan bahwa Katolik juga mengalami perpecahan, maka ia bisa mengatakan bahwa Protestan tidak lebih buruk dari Katolik.

Dengan kata lain, ia ingin menarik Katolik ke dalam masalah yang sama dengan Protestanisme, agar Katolik tidak lagi bisa mengkritik Protestan.


📌 Motivasi yang tersembunyi:

Jika Protestanisme memang kehilangan kesatuan, maka satu-satunya cara untuk membelanya adalah dengan meruntuhkan klaim kesatuan dalam Katolik.

Jika Katolik dan Protestan dianggap sama-sama terpecah, maka Protestanisme tidak lagi tampak sebagai sistem yang gagal.

🔥 Tujuan akhirnya: Membuat Protestanisme tampak lebih kredibel dengan cara menyeret Katolik ke dalam masalah yang sama.

📌 Analogi: Seperti seorang murid yang gagal ujian dan berkata, "Tapi lihat, teman saya juga dapat nilai jelek! Berarti ini bukan kesalahan saya!"


3. Menyerang Otoritas Magisterium: “Tidak Ada yang Bisa Menentukan Kebenaran bagi Saya”

Decky tidak hanya menyerang Katolik sebagai institusi, tetapi juga menyerang konsep otoritas dalam iman Kristen secara umum.

Dengan menyerang Paus dan Magisterium, ia ingin membuktikan bahwa tidak ada manusia yang berhak menentukan doktrin untuk orang lain.

Ini adalah warisan langsung dari sola scriptura, di mana otoritas Gereja ditolak dan setiap individu bisa menafsirkan Alkitab sendiri.

Ia tidak peduli bahwa hasilnya adalah ribuan tafsiran yang saling bertentangan—yang penting tidak ada satu otoritas pun yang bisa mendikte kebenaran.


📌 Motivasi yang tersembunyi:

Ia ingin meyakinkan orang bahwa menerima otoritas Gereja adalah bentuk perbudakan, sedangkan kebebasan teologis adalah tanda kedewasaan iman.

Tetapi pada akhirnya, "kebebasan teologis" ini hanyalah cara lain untuk mengatakan bahwa kebenaran bersifat subjektif.

🔥 Tujuan akhirnya: Menggiring orang untuk percaya bahwa tidak ada otoritas gerejawi yang sah, sehingga setiap orang bebas memilih iman sesuai keinginan mereka.

📌 Analogi: Seperti seseorang yang berkata, "Tidak ada yang bisa menentukan mana hukum yang benar dan mana yang salah—setiap orang harus bebas membuat aturannya sendiri!"

4. Melanggengkan Kebingungan dan Ketidakpastian dalam Iman

Ketika seseorang mendengarkan argumen Decky, tujuan akhirnya bukanlah untuk membawa orang pada suatu keyakinan yang lebih benar, tetapi untuk membuat mereka meragukan segala sesuatu.

Ia tidak berusaha membangun sistem teologi yang koheren, tetapi hanya berusaha menghancurkan sistem Katolik.

Ini adalah strategi klasik dari banyak pengkritik iman: bukan membuktikan sesuatu sebagai benar, tetapi membuat orang bingung dan ragu.

Akhirnya, orang yang bingung tidak akan melihat ada kebenaran mutlak, dan mereka akan menjadi apatis terhadap iman.


📌 Motivasi yang tersembunyi:

Jika tidak ada kebenaran yang bisa dipastikan, maka tidak ada alasan untuk tunduk pada ajaran tertentu.

Ini membuka pintu bagi relativisme yang lebih luas, di mana orang pada akhirnya bisa berpikir bahwa semua agama itu sama saja.

🔥 Tujuan akhirnya: Membawa orang kepada skeptisisme total terhadap iman, di mana tidak ada lagi kebenaran yang harus dipegang teguh.

📌 Analogi: Seperti seseorang yang berkata, "Semua politikus itu korup, jadi tidak ada gunanya memilih dalam pemilu!"


Kesimpulan: Decky Tidak Sedang Membela Kebenaran, tetapi Membongkar Konsep Kebenaran Itu Sendiri

✅ Ia ingin menghancurkan otoritas dalam iman, sehingga semua orang bebas menentukan kebenaran sendiri.

✅ Ia ingin menormalkan perpecahan agar Protestanisme tidak tampak lebih buruk daripada Katolik.

✅ Ia ingin membuat kesatuan tampak mustahil, sehingga setiap orang lebih memilih individualisme teologis.

✅ Ia ingin menggiring orang kepada kebingungan dan relativisme, bukan kepada pemahaman yang lebih dalam tentang iman.


🔥 Tujuan akhirnya bukanlah untuk mencari kebenaran, tetapi untuk menghapus konsep kebenaran mutlak dalam iman Kristen. 🔥

📖 2 Timotius 4:3 → "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran yang sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru bagi diri mereka sendiri untuk memuaskan keinginan telinga mereka."

Bagaimana Seharusnya Kita Menanggapi?

1️⃣ Jangan terjebak dalam pola pikirnya yang ingin merelatifkan kebenaran.

2️⃣ Tegaskan bahwa kesatuan dalam Katolik adalah realitas historis dan teologis yang tidak bisa dibandingkan dengan fragmentasi Protestan.

3️⃣ Perlihatkan bahwa menolak otoritas Magisterium tidak membawa kepada kebebasan, tetapi kepada kebingungan dan perpecahan tanpa akhir.

4️⃣ Yakinkan bahwa kebenaran iman itu ada, dan kesatuan dalam kebenaran bukanlah mitos, tetapi panggilan Kristus bagi Gereja-Nya.

🔥 Kristus tidak datang untuk membuat umat-Nya terpecah-belah dalam opini, tetapi untuk membawa mereka kepada satu iman yang sejati. 🔥


Patris Alegro

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan dan Peluang untuk Membangun Keluarga yang Dicita-citakan

Panggilan Hidup Membiara

Menakar Peluang PSN Ngada di Liga 4 ETMC NTT