Suhu Hangat Kongres Biasa Askot PSSI Mojokerto

 

Kongres biasa Asosiasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Kota (Askot) Mojokerto yang diselenggarakan pada Hari Selasa (28/11) di Kantor Kelurahan Jagalan telah usai, namun pengalaman menjalani proses yang berlangsung mulai jam 18.00 sampai 21.00 WIB meninggalkan kesan bermakna untuk dibawa pulang sebagai buah tangan dalam mengelola organisasi sepak bola sejak usia dini hingga remaja beserta kompetisi berjenjang dalam bingkai pembinaan.

Suasana kota Onde-onde selepas magrib sangat bersahabat. Cuacanya sejuk jika dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Maklum kota peradaban warisan Kerajaan Majapahit ini barusan diguyur hujan perdana setelah sekian lama terjebak dalam suhu panas yang terkadang membuat warganya gerah.

Perjalanan dari rumahpun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang sangat berarti. Setelah menyapa dan menyalami beberapa peserta di halaman depan, saya langsung bergegas menuju lantai 2 kantor kelurahan yang terletak di Jalan Bhayangkara.

Berhubung syarat mengikutinya cukup ketat, maka saya harus berhenti sejenak untuk menyelesaikan beberapa administrasi penting di depan pintu masuk sebagai karpet merah menuju ruang kongres yakni surat mandat dari ketua klub/SSB seperti yang tertera dalam statuta pasal 22 ayat 3 yang bertuliskan : Setiap delegasi harus memberitahukannya kepada sekretariat Askot PSSI Mojokerto mengenai voter dan peninjau yang terdapat dalam surat mandat.

Sementara pada pasal 22 ayat 4 berbunyi : Delegasi harus merupakan anggota Askot PSSI Mojokerto yang ditunjuk atau dipilih untuk mewakili Anggota Badan yang berwenang. Mereka harus membuktikan penunjukkannya tersebut didalam surat mandat.

Berdasarkan data jumlah voters seharusnya ada 12 namun yang hadir 10 voters antara lain; SSB Internal, PSB Sikatan Muda, SSB Sinar Mas, Hanza FC, Saka Star FC, Bina Putra FC, Bintang Majapahit FC, Asosiasi Futsal, Bintang Muda Canggu FC, dan Perkanti FC. Sedangkan yang tidak hadir adalah Pupra Chomodjoyo dan PS Laut Biru.

Turut hadir dalam kongres tersebut perwakilan Asprov Jawa Timur yaitu Purwanto mantan wasit nasional asal Kediri dan Anas Sulaiman dari Tulungagung. Selain itu ada Komite Eksekutif Asosiasi setempat dan ketua serta pengurus serta Klub/SSB Peninjau yakni Persem Mojokerto dan Gen-B. Dua klub terakhir merupakan member Asprov Jawa Timur. Bahkan ada dua klub/SSB calon anggota asosiasi yakni Ricky Nelson Academy (RNA ) dan Majapahit Soccer Academy (MSA) Prajurit Kulon

Pasca acara pembukaan yang diisi dengan beberapa rangkaian kata sambutan, kongres berlanjut dalam berbagai agenda seperti; pernyataan peserta telah memenuhi kourum, pembacaan tata tertib kongres, pemilihan ketua, wakil ketua, dan sekretaris serta anggota sidang kongres, penyampaian program kerja Askot, penyampaian program kerja Asosiasi Fustal, voting penerimaan calon anggota, dan pengesahan hasil sidang kongres.

Agenda demi agenda dilalui dengan tensi yang sedang-sedang saja dalam ruangan yang full dengan dinginnya Air Condition. Hawa sejuk mulai merangsek naik pada level hangat diujung acara saat pimpinan kongres selesai mengetok palu (mic) memutuskan untuk menerima dan menetapkan Ricky Nelson Academy (RNA) dan Majapahit Soccer Academy (MSA) menjadi klub/SSB anggota Asosiasi PSSI Kota Mojokerto.

Ragam pendapat yang dilontarkan sehingga memperkaya wawasan peserta. Beberapa yang bisa disebutkan misalnya; opini kontra terhadap keberadaan klub calon anggota dengan basis argumentasi bahwa klub/SSB yang ada seyogyanya fokus membina anak-anak yang berasal dari area Kota Mojokerto sendiri. Hal berkaitan dengan bantuan dana pembinaan yang dikucurkan setiap tahun bagi klub/SSB. Sebisa mungkin dana tersebut dinikmati oleh anak kita sendiri. Apalagi eksistensi mereka dipersiapkan dan diproyeksikan untuk Pekan Olahraga Provinsi (Porprov).

Namun pada sisi lain ada pendapat yang pro atau menyetujui agar dua klub/SSB/academy tersebut diterima menjadi anggota asosiasi. Aliran yang ini mengajak peserta kongres untuk lebih realistis melihat dan mengamati secara kasat mata akan keberadaan penyebaran klub/SSB/academy beserta populasi siswa yang ada didalamnya. Mojokerto ini kotanya kecil dan jumlah anak-anak yang minat untuk sepak bola mungkin secara kuantitas tidak banyak. Klub/SSB yang ada seyogyanya lebih insklusif atau membuka diri untuk melakukan pembinaan serta mendesain strategi agar mereka bisa menjadi aset klub/SSB yang berada dalam naungan asosiasi kota. Demikian juga dengan syarat utama agar klub/SSB menjadi calon anggota indikatornya adalah soal legalitas, memiliki siswa binaan dalam 2 kelompok yang berbeda, memiliki lapangan sendiri, pelatihnya berlisensi minimal D, dll bukan mempersoalkan dari masa siswa binaan itu berasal.

Kendati sempat menyampaikan pendapat biar terkesan ada iklim demokrasi, saya belum mendengar secara langsung pendapat dari RNA maupun MSA terkait kehadirannya dalam atmosfer sepak bola Kota Mojokerto. Ruang paling leluasa untuk mengakses informasi tentang respon dari mereka adalah 'menggiringnya' ke warung kopi.

Obrolan singkat selepas kongres di Warkop mengkristal pada satu pendapat bahwa "Ketika hadir di kota ini kami tidak bertanya tentang apa yang asosiasi berikan, tetapi kami ingin memberikan yang terbaik buat eksosistim pembinaan sepak bola beserta multiplayer effectnya bagi warga kota ini. Apalagi model pembinaan adalah sistem boarding dimana pendidikannya bersifat khusus (pendidikan khusus sepak bola), bahkan siswa tidak hanya dibina keterampilan sepak bola saja namun juga mendapatkan muatan pendidikan formal dan pendidikan keagamaan atau pembentukan karakter pemain yang berjalan beriringan" tukas salah satu pengelola.

Pendapat tersebut diamini oleh beberapa teman kongkow lainnya yang disertai dengan komentar guyon sekaligus memberikan tugas nyeleneh pada saya "Coba Pak John survei ke masyarakat penyedia jasa yang di sekitar home base tempat klub kami berada. Ada Mbak Jum yang punya warung, sebelah utaranya ada mini market tempat anak-anak belanja, penjual ayam, ikan, sayur, dll tempat kami belanja. Belum lagi ketika mengadakan turnamen atau kompetisi kelompok umur dengan kontestan dari berbagai kota di tanah air. Hal ini tentu berpengaruh terhadap tingkat okupansi hotel, home stay, dan usaha hunian lainnya. Dari situ kita akan tahu seberapa besar kontribusi Klub/SSB/academy ini bagi masyarakat Kota Mojokerto".

Saya mengangguknya sembari mencermati dengan seksama komentar tersebut dan menimpalinya "Benar juga ya. Kalau pengelolaan organisasi sepakbola memiliki visi industri, tentu kita tidak akan memperdebatkan tentang apa yang kita dapatkan dari asosiasi. Upaya kita jelas mengarah pada latar depan atau cita-cita ideal dunia sepak bola pada level pembinaan. Mungkin yang asosiasi berikan berupa dana hibah bisa saja tidak sebanding dengan effort yang klub/SSB/academy berikan untuk menambah pundi-pundi warga kota kita". Obrolan pun diakhiri mengingat jam menunjukkan pukul 23.30 saatnya liver bekerja untuk membersihkan racun dalam tubuh.

Terima kasih kepada ketua Askot beserta jajarannya dan sahabat olahraga khususnya pengelola klub/SSB/academy atas kebersamaan kita semalam di Jalan Bhayangkara serta atas penerimaan terhadap dua sahabat kita yang baru (RNA dan MSA) dalam keluarga besar Asosiasi PSSI Kota Mojokerto.

Mojokerto, 29 November 2023














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Hidup Membiara

Panggilan Karya/Profesi

Tantangan dan Peluang untuk Membangun Keluarga yang Dicita-citakan