SK3 : Cara Hidup Jemaat Perdana di Sekolah Negeri

Saat pertama kali masuk di SMAN 2 Kota Mojokerto, saya sangat terkesan karena merupakan pertama kali masuk sekolah negeri. Kala itu ketika mengikuti MPLS kekaguman pada penerapan kedisiplinan terasa sekali. Cukup beralasan mengapa ini menjadi pengalaman pertama, mengingat sejak dari TK hingga SMP, saya selalu bersekolah di sekolahan swasta (Katolik).  

Suasannya memang sangat berbeda dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Sahabat sepermainan saya biasanya hanya teman-teman yang beriman Katolik namun sekarang saya harus menyesuaikan diri dengan teman yang berbeda agama. Berbagai perbedaan antara kami lantas tidak membuat saya kecewa. Ini adalah pengalaman baru yang sangat membahagiakan karena bisa berjumpa, berkenalan, dan berteman dengan mereka yang berasal dari SMP


Perkenalkan nama saya Bernadett Papuacte Narendra, biasa dipanggil dengan nama Acte. Saat ini duduk di kelas X MIPA 1 / 09. Tempat lahirku di Manokwari, Papua. Kebetulan saat itu ayahku bekerja disana. Beliau merupakan pegawai di kantor pos, sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga. Saya memiliki seorang kakak, kini sedang kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Jawa Tengah. Selama tiga tahun saya menempuh pendidikan di SMP Katolik Santo Yusup Mojokerto.

 

Sekarang saya duduk di kelas X SMA Negeri 2 . Motivasi yang mendorong saya untuk menempuh pendidikan pada lembaga yang ada di jalan raya Ijen itu didorong oleh beberapa hal antara lain, untuk wilayah Mojokerto dan sekitarnya, sekolah tersebut dikenal sebagai sekolah favorit. Sekolah tersebut menjadi lembaga rujukan dan pilihan utama bagi orang tua  siswa jika ingin menyekolahkan anaknya setelah SMP. Kedua, letaknya cukup dekat dengan rumah sehingga tidak perlu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai di sekolah. Ketiga, memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler sehingga setiap peserta didik bisa mengembangkan bakatnya tanpa harus bingung memikirkan ekstra apa yang akan dipilih.


Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan bagi saya adalah kegiatan dari dari Seksi Kerohanin Kristen dan Katolik (SK3). Kalau kegiatan ekstra agama Islam di sekolah negeri itu biasa. Namun kalau di sekolah negeri ada kegiatan ekstra agam Kristen dan Katolik itu sangat luar biasa bagi saya. Kegiatan ekstra bagi saya adalah menyatukan kami yang beragama Kristen, baik Kristen Protestan maupun Kristen Katolik. Saya memahami secara sederhana bahwa melalui SK3 kami yang sama-sama beriman Yesus Kristus dipersatukan dalam aktivitas yang sama untuk membangun kesatuan dan persaudaraan yang dilandasi cinta kasih Kristus. Menurut pak John guru agama Katolik sekaligus Pembina SK3 bahwa kegiatan ekstra tersebut semacam gerakan Ekumene untuk yang berlandaskan semangat adan cara hidup perdana seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 4:32-37.


Berhubung penasaran dengan ayat Kitab Suci tersebut, akhirnya saya mencoba membaca sendiri ketika kembali ke rumah. Melalui kisah tersebut saya menemukan beberapa point tentang ciri dan cara hidup perdana, antara lain; engumpulkan dan membagikan harta miliknya, berkumpul dan berdoa bersama, setia pada ajaran Para Rasul, tidak egois, rukun antara satu dan lainnya, dan hidup dalam kasih karunia Tuhan. Selama masa pandemic Covid-19 kegiatan ekstra SK3 dilakukan secara virtual setiap jam 10.00 – 11.30 WIB. Beberapa aktivitas yang dilakukan selam satu setengah jam itu antara lain; saling mendoakan, membaca firman Tuhan, dan sharing pengalaman. Melalui kegiatan tersebut saya merasa dikuatkan oleh sabda Tuhan dan oleh teman-teman yang beriman pada Yesus Kristus.


Kegiatan kerohanian lain yang menarik bagi saya adalah doa pagi bersama sebelum pelajaran yang dimulai pada pukul 06.30. Hal tersebut sangatlah mengasyikkan karena disamping kita lebih menambah iman, namun kita juga lebih diperdalam akan firman Allah. Melalui doa pagi bersama, kami siswa yang beragam Kristen Protestan dan Katolik diajak untuk mengawali setiap kegiatan dengan doa bersama, mendengarkan firman Tuhan, dan diteguhkan oleh renunga singkat yang disampaikan oleh pak John atau sharing pengalaman dari kakak-kaka kelas dan teman-teman lainnya. Selama masa pandemic, kegiatan doa bersama sementara dilakukan bagi siswa/i yang menjalankan pembelajaran secara tatap muka atau Luring( Luar Jaringan). Sementara bagi teman-teman yang melaksanakan pembelajaran Daring, kegiatan tersebut dilakukan dari rumahnya masing-masing.

SMA Negeri 2 juga dikenal dengan sekolah Adiwiyata. Pada saat MPLS kami dijelaskan bahwa sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang membangun program yang baik agar para siswa bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan berbagai ajaran sopan santun yang dapat menjadi dasar dalam hidup bersama sehingga semua yang berada dalam lembaga tersebut bisa membangun hubungan yang baik dengan sesame juga dengan lingkungan sekitar. Bicara tentang lingkungan hidup yang nyaman sebagai tempat belajar, saya sangat merasakannya ketika berada di SMA Negeri 2.

Saya merasakan sendiri akan sejuknya lingkungan sekolah yang dihiasai dengan berbagai jenis pohon. Suasananya menjadi sangat indah apalagi kebersihan sangat diuatamakan. Area sekolahnya sangat luas sehingga menambah kenyamanan para siswa dan siswi dalam bersekolah serta mengikuti pelajaran. Saat di kelas pun, kami tidak menggunakan kipas angin maupun AC, karena suasana di sekolah kami yang sangat sejuk dan kami pun tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran yang ada di sekolah. Ketika jam pelajaran selesai dan harus kembali ke rumah, saya terkadang tidak ingin cepat-cepat pulang. Maklum nyaman ketika berada di lingkungan sekolah. 

Memang tidak 100% hal menyenangkan saya dapatkan di sekolah ini, ada pula hal tidak menyenangkan yaitu, kami tidak bisa bersekolah setiap hari, karena masih dalam masa pandemic covid-19. Jujur saya sendiri sedikit kecewa dengan keadaan ini, karena seharusnya kami bisa bersekolah setiap hari, berkumpul dengan teman-teman dan bisa mengenal mereka secara langsung, namun hal tersebut harus tertunda. Kami harus mengikuti aturan pemerintah dan mengikuti pembelajaran daring di rumah masing-masing yang terkadang membuat saya jenuh. Saya juga bersyukur bahwa hamper dua bulan ini kami bisa bersekolah kembali, meskipun hanya seminggu sekali. Bagi yang mengikuti pembelajaran tatap harus tetap mematuhi protokol kesehatan .

 

Hal menarik lainnya yang saya dapatkan di SMA Negeri 2 adalah sistem pembelajaran yang menggunakan SKS (Sistem Kredit Semester). Menurut bapak dan ibu guru, sekolah dengan system ini asal rajin siswa bisa lebih cepat lulus dan membebaskan murid untuk bisa menentukan sendiri berapa banyak beban belajar yang akan diikuti tiap semesternya. Sistem ini benar-benar merubah kebiasaan saya sebelum dalam belajar. Aku harus mengubah kebiasaanku yang awalnya malas harus lebih rajin dan lebih disiplin lagi dalam membagi waktu belajarku agar tugas-tugas tidak semakin menumpuk.


Dalam hubungan dengan keyakinan atau agama, saya menjumpai  teman-teman yang sangat menjunjung tinggi toleransi di sekolah ini demikian juga dengan guru-guru di sekolah. Dalam mengelola KBM di kelas angat asik dan tidak membedakan para muridnya.

Itulah pengalaman singkat yang bisa saya ceritakan kepada pembaca . Semoga kisah ini bermanfaat bagi teman-teman terutama yang sedang bersekolah di bangku pendidikan menengah atas. Tuhan memberkati.


Mojokerto, 1 Novemper 2020

Bernadett Papuacte Narendra

Komentar

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*com x-)
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup. ;-)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Hidup Membiara

Panggilan Karya/Profesi

Tantangan dan Peluang untuk Membangun Keluarga yang Dicita-citakan