Sepeda Motor dan Hidupku


Hondamu mereknya apa?, ini adalah pertanyaan yang hingga saat ini masih tergiang di telingaku kala kuingat kampung halamanku yang ada di salah satu desa di Pulau Flores. Sejak tahun 1980-an bahkan sekarangpun pertanyaan yang sama terkadang masih juga diungkapkan apabila ada warga yang membeli sepeda motor.

Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua atau sepeda besar yang dijalankan dengan motor (KBBI, Edisi III, 2001 : 1043). Di Indonesia, sepeda motor khususnya produksi dari Jepang (Honda) merupakan jenis kendaraan yang mulai merajai jalanan sejak pertengahan tahun 1960, bahkan menjelang akhir tahun 1960 semakin banyak keluarga kelas menengah atas terutama anak muda yang menggunakannya sebagai tunggangan pribadi. Sepeda motor pada masa itu sering diposisikan sebagai bagian dari simbol semangat muda. Hal ini dapat kita saksikan dari berbagai film produksi tahun 1966 hingga tahun 1980 yang menempatkan sepeda motor sebagai bagian tak terpisahkan dari potret kehidupan anak muda di kota-kota besar sebagai media pergaulan. Sebut saja beberapa judul film, misalnya : Tikungan Maut (1966), Suci Sang Primadona (1977), Ali Topan Anak Jalanan (1977), Roda-roda Gila (1978) dengan pemerannya Roy Marten dan Yati Octavia serta Sirkuit Kemelut (1980).

Dampak publikasi dari film-film tersebut rupanya berpengaruh pada Mindset masyarakat kita pada alat transportasi mesin yang namanya sepeda motor. Begitu kuat dan dahsyatnya provokasi media massa (film) di era 1960 sampai 1980-an hingga penduduk di desaku hanya mengenal sepeda motor dengan sebutan Honda. Apapun mereknya, semua sepeda motor selalu disebut Honda. Bahkan ada seorang teman dari istriku oleh orang tuanya diberi nama Honda. Beberapa waktu yang lalu salah seorang saudara dari Flores menelpon saya untuk menanyakan informasi tentang harga Honda (maksudnya sepeda motor Honda Mega Pro) keluaran tahun 2008 di tempat saya menetap. Jika sesuai dengan kondisi / keadaan keuangan saudaraku meminta bantuan saya untuk membeli dan memaketkannya ke Flores. Hal ini dilakukan mengingat disparitas harga sepeda motor khususnya Honda (Mega Pro tahun 2008) cukup tinggi di Flores kalau dibandingkan dengan harga di Jawa.

Sepeda motor Honda sejak tahun 1988 merupakan kendaraan impian. Saya bercita-cita kelak suatu saat ketika telah bekerja, kepemilikan unsur kebendaan berikutnya adalah sarana transportasi yaitu sepeda motor Honda. Obsesi ini baru terwujud pada tahun 2002. Sejak saat itu sepeda motor Honda merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup saya. Kelancaran beraktifitas sejak pagi hingga sore bahkan malam haripun semuanya bersama sepeda motor Honda (Supra Fit) yang kumiliki. Mengajar pada salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri pada pagi hingga siang, dilanjutkan dengan sore hari membina salah satu mata kuliah di Universitas PGRI Nusantara Kediri bahkan malam hari saat kembali ke rumah (Mojokerto) sepeda motor Honda selalu siap jadi media yang menghantarkan istri saya untuk berbelanja di pasar guna memenuhi berbagai kebutuhan dapur bagi kami sekeluarga. Moda transportasi ini selalu setia menghantar saya menuju tempat dimana saya bisa mengaktualisasikan diri sesuai profesi yang melekat pada diriku. Saya membayangkan betapa sulitnya jika moda transportasi itu tidak saya miliki, seperti apa rasanya tinggal di daerah dimana sarana transportasi tidak beroperasi secara optimal, apalagi sarana transportasi umum seperti angkutan kota hanya beroperasi sejak jam 05.30 sampai jam 16.30 WIB.

Tuntutan kedisiplinan di tempat kerja yang begitu tinggi, misalnya ketetapan waktu untuk mulai beraktifitas, membuat saya memahami akan pentingnya sarana transportasi yang paling praktis dan sesuai hanyalah sepeda motor (Honda). Mengharapkan sepenuhnya pada sarana angkutan umum sangat tidak mungkin, mengingat media transportasi ini sangat bergantung pada banyaknya penumpang. Kalau peminatnya banyak bahkan berjubel pasti seorang pengemudi akan siap mengantar pengguna jasanya pada tempat tujuan masing-masing. Sarana transportasi umum belum bisa menjadi andalan sebagai media yang mendidik dalam hal kedisiplinan waktu.

Selain digunakan sebagai sarana yang membantu untuk pemenuhan kebutuhan secara fisik (materi), sepeda motor Honda juga merupakan sarana yang menghantar kami sekeluarga pada pemenuhan kebutuhan psikis (rohani). Kebetulan tempat ibadat (Gereja) cukup jauh dari tempat tinggal kami sekeluarga. Dengan bantuan sepeda motor Honda kami diantar menuju tempat suci yang membuat kami mampu menjaga keseimbangan hidup terutama dalam doa dan karya setiap hari. Kami dihantar menuju tempat untuk memahami bahwa apapun profesi yang diemban adalah perpanjangan tangan Tuhan untuk menyempurnakan kehidupan. Tempat yang memampukan kami berintrospeksi tentang diri sehingga bisa bersikap adil, jujur dan terbuka baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, tempat yang mengembalikan kami menemukan kekuatan baru melalui doa yang khusyuk dan pujian yang membahana, tempat yang memampukan kami untuk menanggung segala perkara. Kami dihantar untuk menemukan suara panggilan jiwa sehingga kami mampu mengilhami dan menginspirasikan setiap orang tentang nilai-nilai kebaikan dalam hidup, tempat kami mengalami dan menghayati kedekatan hubungan dengan Yang Transenden. Itulah fakta tak terbantahkan akan eksistensi seperti motor Honda bagi saya dan keluarga.

Peran tak terpisahkan dari sepeda motor Honda yang tidak boleh dipandang sebelah mata adalah sebagai alat untuk mencari dan mendapatkan uang secara langsung bagi tukang ojek. Mengojek merupakan profesi alternatif bagi sebagian masyarakat terutama bagi mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang tetap karena berbagai alasan. Masyarakat dengan kondisi yang demikian bisa memperoleh kepemilikan atas sepeda motor (Honda) karena sistem dan aturan yang diterapkan oleh beberapa lembaga pembiayaan sangatlah membantu. Keberpihakan atau sikap toleransi terhadap kaum kecil seperti ini perlu diacungi jempol karena bagaimanapun juga mereka adalah saudara dan sahabat yang harus ditempatkan pada posisi yang layak. Rasa ke-Tuhanan yang memadai akan membawa kita pada rasa kemanusiaan melalui perilaku nyata dengan memberikan kesempatan pada saudara kita seperti tukang ojek, untuk bisa bernafas dan bisa menjalani kehidupan ditengah-tengah arus kompetisi yang sangat keras dan gempuran kesulitan yang siap menghantam siapapun terutama bagi mereka yang tidak memiliki strategi cerdas dalam menjawab tantangan zaman.

Sepeda motor Honda telah tampil sebagai media efektif bagi saya dan keluarga, para tukang ojek dan keluarga serta siapapun yang menggunakan jasanya dalam menelusuri lorong-lorong kehidupan untuk mencari makna dan eksistensi hidup.

Penulis :John Lobo, Guru SMA Negeri 3 Kediri


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Hidup Membiara

Panggilan Karya/Profesi

Tantangan dan Peluang untuk Membangun Keluarga yang Dicita-citakan