Seminar Parenting : Cerdas Bermedia di Era Digital


Mojokerto-Kota.Sekitar dua ratus tujuh puluh lima orang tua wali murid hadir sebagai peserta mengikuti seminar parenting yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Katolik (SDK) Wijana Sejati Mojokerto pada hari Sabtu (11/8) . Tagline yang diusung dalam diskusi ilmiah tersbut adalah Cerdas Bermedia di Era Digital dengan pembicara utama Errol Jonathans.





Kepala Sekolah Sr.M,Marsiana, SPM, S.Pd dalam sambutan pembuka menyampaikan bahwa alasan mendasar yang menjadi latar belakang pelaksanaan kegiatan seminar adalah sebagai upaya mendukung kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan terutama perihal pembentukan karakter dan keprihatinan lembaga menyangkut penggunaan media baru yang belum proporsional. Tujuan akhir yang akan kita capai adalah semua orang tua murid menjadi literat, paham mengenai media digital atau media baru dengan segala persoalan yang ada didalamnya. Mudah-mudahan bisa lahir sebuah komunitas masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk mengakses, memilih, memilah, mengkritisi, dan memanfaatkan media sesuai dengan kebutuhan. Lebih lanjut, biarawati asal Ende tersebut menuturkan bahwa kegiatan seminar ini merupakan program sekolah yang didukung oleh Forum Komunikasi (Forkom) orangtua murid.

Nara sumber kawakan yang biasa disapa Mas Errol tampil sangat memukau ketika menyajikan materi, hingga membuat peserta tidak beringsut sedikitpun dari tempat duduknya . Sajian slide pertama dengan kalimat kunci saring sebelum sharing, Direktur Utama Suara Surabaya Media itu mulai mengupas secara detail tentang media baru yang sedang membanjiri dunia saat ini hingga tips-tips yang sangat dibutuhkan tatkala kita mengkases berbagai jenis media yang dimaksud.

Pemaparan dengan kajian yang mendalam disertai dukungan teori, fakta, dan data, sesekali deselingi gurauan alumni Akademi Wartawan dan Surabaya Sekolah Tinggi Komunikasi Surabaya yang memulai kariernya sebagai Jurnalis Koran Pos Kota dan Broadcaster Suara Surabaya itu menyampaikan bahwa  literasi media baru yang menjadi fokus dalam seminar ini dihubungkan dengan kemampuan membaca secara kritis berbagai informasi yang berseliweran di dunia maya dan media sosial, memilih dan memilah berbagai konten yang berdampak positif dan negatif. Jika dalam bertutur lisan kita dengar dengan sebutan mulutmu harimaumu, maka dalam bermedia sosial menjadi jarimu adalah harimaumu.

Lebih lanjut sosok yang menjadi pengajar, fasilitator, dan penyusun kurikulum itu menegaskan bahwa sangat diperlukan sebuah perilaku kritis dalam ber-media sosial. Hal konkrit yang dapat dilakukan adalah obyektif artinya tidak hanya sekadar menerima apa adanya berita dan informasi yang kita baca dan terima melainkan mencari tahu sumber berita dan validitas berita serta informasi dengan jalan melakukan pengecekan ulang melalui sumber-sumber pembanding. Kita pun tidak harus tergesa-gesa menyebarluaskan dan membagi berita dan informasi yang kita dapatkan sebagaimana kitapun menguji secara kritis apa yang kita terima dan baca sebelumnya. Kedua, perlu menjaga jarak dengan realitas yang bersentuhan secara tidak terbatas dengan diri kita melalui dunia maya. Menjaga jarak di sini bermakna bersifat obyektif ketimbang subyektif sehingga kita tidak lekas mudah mempercayai dan menyebarluaskan sebuah berita dan informasi. Perilaku tersebut kita kenal sebagai Literasi Media Baru (sosial).Mengakhiri sessi beliau menyampaikan pesan agar tetap waras di tengah media sosial yang buas.

Penulis : Guru SMA Negeri 3 Kota Kediri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Hidup Membiara

Panggilan Karya/Profesi

Tantangan dan Peluang untuk Membangun Keluarga yang Dicita-citakan