Salib adalah Kehendak Allah, Bukan Kehendak Iblis

Belakangan ini beredar sebuah klaim dari Edis TV (chanel apologet Protestan) yang menyatakan bahwa salib Kristus adalah karya iblis, bukan karya Allah. Klaim ini berbahaya karena menyentuh inti iman Kristen. Jika salib dilihat sebagai jebakan iblis, maka seluruh pewartaan Injil, liturgi, dan misteri keselamatan runtuh. Gereja Katolik berdasarkan kitab suci, tradisi suci, dan magisterum menegaskan dengan jelas bahwa salib adalah bagian dari rencana keselamatan Allah sejak kekal. Meskipun Allah mengizinkan manusia berdosa dan kuasa jahat berperan di dalamnya. Pandangan berikut berpijak pada 3 pilar utama Gereja Katolik yakni Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium.

Kitab suci berulang kali menyatakan bahwa salib merupakan kehendak Allah. Dalam Kisah Para Rasul 2 : 23, Santo Petrus bersaksi, "Dia yang diserahkan menurut maksud dan rencana Allah telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan orang-orang durhaka." Salib terjadi menurut rencana Allah, bukan karena rencana iblis. Yesus sendiri menubuatkan penderitaannya dengan jelas. Sejak waktu itu, Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridnya bahwa ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga (Matius 16 : 21 bdk Markus 8 : 31, Lukas 9 : 22)

Kata harus atau dei dalam bahasa Yunani di sini menandakan keharusan ilahi. Sesuatu yang tak terelakan karena sudah ditetapkan oleh Bapa. Di Taman Getsemani, doa Yesus menyingkapkan inti misteri ini “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripadaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukhendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”  (Matius 26 : 39 bdk Lukas 22 : 42)

Kematian Yesus adalah ketaatan sempurna pada kehendak Bapa. Surat Ibrani menegaskan, “Sekalipun ia adalah anak, ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritanya. Dan sesudah ia mencapai kesempurnaan, ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya” (Ibrani 5 : 8 - 9)

Salib adalah puncak ketaatan, bukan jebakan musuh. Perjanjian Lama sendiri telah menubuatkan misteri salib. Dalam Yesaya 53 : 4 - 5 menyatakan, "Tetapi sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggungNya dan kesengsaraan kita yang dipikulNya. Padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita. Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita. Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh" Bahkan ditegaskan Tuhan berkehendak meremukkan Dia dengan kesakitan (Yesaya 53 :10).  Nubuat ini menunjukkan bahwa penderitaan sang hamba Yahwe adalah bagian dari rancangan ilahi. 

Mazmur juga menggemakan nubuat salib. Mazmur 22 yang juga dikutip Yesus di salib. “Allahku, Allahku, mengapa engkau meninggalkan aku?” melukiskan penderitaan Mesias. Mereka menusuk tangan dan kakiKu. Segala tulangku dapat Ku hitung. Mereka menatap, ereka menonton Aku. Mereka membagi-bagi pakaianKu di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubahKu” (Mazmur 22 : 17 – 19). Semua ini digenapi dalam peristiwa penyaliban, (Matius 27 : 35, Yohanes 19 : 24). 

Rasul Paulus memberikan penjelasan teologis yang tak tergoyahkan “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci (1 Kor 15 : 3). Dalam Roma 8 : 32, Ia menegaskan, "Ia yang tidak menyayangkan anakNya sendiri, tetapi yang menyerahkannya bagi kita semua. Bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?". Jadi, yang menyerahkan Kristus bukanlah iblis, tetapi Allah sendiri dalam kasih-Nya yang sempurna." Rasul Paulus bahkan menulis, "Allah menunjukkan kasihnya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa” (Rom 5 : 8).  Dalam Filipi 2 : 8 - 11, kita mendapati puncak pemahaman ini “Ia merendahkan dirinya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadanya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. Dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa”

Salib adalah jalan menuju pemuliaan, bukan kegagalan. Lalu, apakah iblis tidak berperan? Injil mencatat bahwa iblis masuk ke dalam Yudas (Lukas 22 : 3, Yohanes 13  - 27) dan melalui para pemuka agama serta kelemahan Pilatus, iblis berusaha menghancurkan Yesus. Namun kuasa iblis hanyalah instrumen yang dipakai Allah. Surat Santo Paulus kepada umat Ibrani (Ibr 2 : 14) menjelaskan paradoks ini supaya oleh kematiannya ia memusnahkan dia, yaitu iblis yang berkuasa atas maut. Paulus menegaskan lagi dalam Kolose 2 : 15, "Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangannya atas mereka di dalam Dia." 

Apa yang dikira Iblis sebagai kemenangan justru menjadi kekalahannya sendiri. Yesus sendiri menegaskan bahwa nyawaNya tidak dirampas, melainkan ia serahkan secara bebas. "Tidak seorang pun mengambil nyawaKu daripadaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang kuterima dari Bapakku (Yohanes 10 : 18). Perkataan ini menutup rapat-rapat celah bagi gagasan bahwa salib adalah rencana iblis. Salib adalah ketaatan kasih Kristus kepada Bapa yang mengalahkan maut dengan cara yang justru tidak terpikirkan oleh iblis. 

Tradisi Gereja Katolik sejak awal memahami salib dengan cara yang sama. Santo Ignatius dari Antiokhia dalam surat kepada jemaat di Efesus menulis, "Salib Kristus adalah batu sandungan bagi mereka yang tidak percaya, tetapi bagi kita salib adalah kemenangan dan keselamatan." Santo Ireneus menegaskan bahwa melalui salib, Kristus mengalahkan si kuat atau iblis dan merebut kembali manusia yang diperbudak dosa. Santo Yohanes Krisostomus menyebut salib sebagai tahta Kristus. Santo Agustinus mengajarkan bahwa iblis seperti ikan yang terpancing. Ia mengira salib adalah alat kehancuran Yesus. Padahal justru di situlah ia sendiri dikalahkan. 

Magisterum Gereja Katolik menegaskan dengan otoritas yang tak terbantahkan. Katekismus Gereja Katolik atau KGK 599 - 618 menjelaskan secara rincin bahwa salib adalah bagian dari rencana Allah yang kekal. Kematian Yesus terjadi menurut maksud dan rencana Allah (KGK 599). Allah memang mengizinkan tindakan jahat manusia, tetapi tetap menjadikannya bagian dari rencana keselamatan (KGK 600). Kematian Yesus adalah kurban Paskah yang menggenapi nubuat kitab suci (KGK 60). Dengan taat sampai mati, Kristus memperbaiki ketidaktaatan Adam (KGK 615). Bahkan salib bukan sekadar kurban Kristus, tetapi undangan bagi kita untuk ikut serta memikul salib (KGK 618). 

Maka, jelaslah bahwa ajaran Edis TV yang mengatakan salib adalah kehendak iblis bertentangan dengan Alkitab, tradisi, dan magisterum. Salib adalah kehendak kasih Allah Bapa yang dilaksanakan secara bebas oleh ketaatan Putra dan justru menjadi penghancuran kuasa iblis. Seperti diserukan Gereja Katolik pada setiap liturgi Jumat Agung sepanjang abad, Ecce Lignum Crucis In Qua Salus Mundit Pependit (Inilah kayu salib, tempat tergantung keselamatan dunia). Salib adalah singgahsana kasih Allah, bukan jebakan iblis. Dari salib terpancar kemenangan terbesar, Allah yang tampak kalah ternyata justru menang dengan cara yang hanya bisa dimengerti dalam cahaya iman. 

Bahaya terbesar dari tafsir bebas ala Protestan yang bertumpu pada prinsip Sola  Skriptura seperti yang dilakukan Edis TV terletak pada pemutusan diri dari tradisi suci dan magisterum yang dijamin Roh Kudus untuk menjaga iman tetap murni. Ketika kitab suci dipisahkan dari otoritas gereja yang melahirkannya, ayat-ayat dapat dipelintir sesuka hati, menghasilkan ajaran-ajaran menyesatkan yang bahkan berani membalikkan inti Injil seperti menyebut salib sebagai karya iblis. Tafsir bebas semacam ini tidak hanya membingungkan umat, tetapi juga merusak kesatuan gereja dan keselamatan jiwa-jiwa karena memisahkan umat dari sumber kebenaran yang utuh, kitab suci, tradisi, dan magisterium. 

Sumber : VT P. Marcel Ngebu, SMM

Transkirptor : John Lobo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menakar Peluang PSN Ngada di Liga 4 ETMC NTT

PSN Ngada, Selangkah Lagi Menuju Jalan Terjal

Panggilan Hidup Membiara