Bandara adalah Kesan Pertama

Barangkali kita beranggapan bahwa kesan pertama wisatawan terhadap Ngada terbangun ketika mereka mengunjungi Bena, Riung, Wolobobo dll. Menurut para pelaku pariwisata, bukan itu !. Kesan pertama terbentuk tatkala mereka menginjakkan kaki pertama kali bandara Turelelo So’a. 

Melihat Ngada dari Bandara merupakan ungkapan bahwa bandara adalah pintu masuk dan melalui bandara wisatawan memperoleh banyak informasi tentang berbagai atraksi dan destinasi wisata di Ngada. Jadi bandara juga merupakan sebuah destinasi yang memorable, dan bisa dijadikan ikon wisata Ngada itu sendiri.

Sebagai destinasi, bandara Turelelo seharusnya tampilannya berbeda dengan bandara-bandara lain dan harus menyajikan sebuah cerita (nange) yang tak terlupakan bagi setiap wisatawan. Bandara di Labuanbajo, Bali dll penuh dengan kaca . Jika bersaing dengan bandara-bandara tersebut, agak sulit memang. Sepatutnya desain bangunan bandara Turelelo arsitekturnya baik interior maupun eksterior  mengusung peradaban budaya local yang unik dan pesannya kuat.

Biarkan identitas local yang bercerita melalui berbagai arsitektur di bandara Turelelo.Misalnya konstruksi bangunannya menyerupai  Sa’o baik dari konstruksi pondasi, konstruksi lantai, kontruksi dinding, dan konstruksi atap. Bahkan fondasinya bisa menampakkan seperti rumah adat Ngada dengan tampilan batu-batu yang disusun di depan rumah atau disebut ture sa'o.

Kearifan local diadopsi untuk menumbuhkan rasa cinta pada seni budaya Ngada. Budaya masyarakat yang selalu mengantar atau menjemput kerabatnya saat bepergian juga bisa diadopsi dengan menyediakan anjungan seperti teda yang luas. Semua tidak akan terlantar karena dimanusiakan selama berada di bandara.

Dengan arsitektur yang khas, bandara turelelo bisa menjadi landmark baru yang disukai masyarakat local maupun wisatawan. Ada spot-spot yang Instagrammable yang punya daya pikat buat kaum milenial juga.

 

Mojokerto, 22 September 2020