Terperangkap Dalam Kapsul Waktu(Catatan untuk guru supaya melek teknologi)
Elisabeth
Rukmini, Akademisi (Kompas, Rabu, 28 Juni 2017) mengatakan bahwa aktivitas
Belajar adalah proses dialog antar sel-sel neuron dalam otak untuk menimbulkan
listrik, saling bertumbukan dan putus, bertumbukan lagi dan menemukan makna.Ini
terjadi jika proses mencerna informasi juga diiringi dengan tantangan dialog
antar manusia.Jika sejak awal informasi masuk melibatkan sebanyak mungkin
indra, pemaknaan itu muncul dari berbagai sisi
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan
satu arah mungkin saja diperdebatkan karena lebih melibatkan indera pendengar,
tetapi tidak menilbatkan indera peraba, tak ada mekanisme gerak tubuh atau
kinestetik yang bermakna.Tidak ada mekanisme dialog aktif antar manusia.
Ciri pembeda
antar generasi tidak diperhatikan oleh para pengajar satu arah.Generasi Z yang
lahir tahun 1995 ke atas adalah generasi pelaku teknologi.Mereka telah
mendahului dalam kebiasaan memanfaatkan teknologi sejak kecil.Ketika dewasa
mereka semakin hebat dan semakin mudah menemukan cara gampang, instan untuk
mendapat segala sesuatu termasuk untuk belajar.Sedangkan generasi X terutama
para pengajar merupakan generasi pengubah, pemikir yang mendorong perubahan ke
arah teknologi.
Teknologi
sharing sudah inate dalam sikap generasi Z.Secepat kilat informasi bari sudah
dibagikan antar teman, sementara para pengajar masih mencerna informasi itu
dalam-dalam.Jika kita berdiri di depan kelas menyajikan sesuatu, segera satu
atau dua orang generasi Z mencari topik tersebut di dunia maya, setelah itu
sharing kepada teman-temannya dan akhirnya berhenti menikmati proses
transformasi pengetahuan
Ciri antar
generasi semestinya tidak dijadikan bahan perdebatan terutama untuk mendorong
generasi satu ke kutub lainnya.Justru ciri baik generasi Z perlu dimaknai
sebagai pintu masuk generasi X dalam dunia pembelajaran di kelas.Sangat jelas
bahwa memanfaatkan daya aktif dan sifat sharing generasi Z dalam kelas-kelas
interaktif dan tantangan adalah pemicu generasi muda untuk maju.
Proses
berpikir ditantang dan sekaligus difasilitasi.Fasilitas berarti umpan balik.Kelas
menjadi ajang untuk berdiskusi, setara, tak ada satu sumber, yang hanyalah
sumber-sumber itu menjadi syarat makna. Aktivitas perlu melibatkan dialog
(dengan demikian neutron otak bersambung-putus) antar manusia.
Apakah dunia
pendidikan menengah benar-benar slow to change seperti yang di katakan Weiman ?
Generasi lama terperangkap dalam jebakan masa lalu, terperangkap dalam jebakan
waktu saat buku belum dapat di cetak dan dinikmati masyarakat awam.Bila tidak
ada niat berubah, hal ini berarti generasi X masih terjebak dalam kejayaan masa
lampau, sementara mereka yang baru sudah punya keunggulan dan tuntutan atas
keunggulan yang lain.
Perangkap
kapsul waktu perlu seharusnya segera dilepas dengan perubahan pandangan tentang
teknologi yang lebih baik.Ketika melihat rekan seprofesi membuka laptop atau
memanfaat kecanggihan teknologi media komunikasi serentak pikiran terarah pada
hal-hal negatif.Jangan biarkan diri terperangkap dalam kapsul waktu.
Membenahi Prasangka
Seperti
apakah kesan yang terbersit dalam benak kita ketika melihat kaum muda memegang
gawai (gagdet) ? Cara kita memandang anak muda sama nyinyirnya dengan cara
mereka memandang generasi yang lebih tua.Penuh prasangka dan kecurigaan.Generasi
milenial tanpa pikir panjang sudah dianggap tidak sopan, malas, dan gila
teknologi.Sementara itu, generasi diatasnya dianggap generasi stagnan yang
kurang inovatif.Benarkah kenyataan ini ?.Apakah kebenaran ini bisa dibutkikan
secara ilmiah ?
Tampaknya
belum ada inisiatif serius untuk mematahkan prasangka satu sama lain.Banyak
kebiasaan yang memang tidak banyak dilakukan oleh generasi muda, seperti halnya
generasi sebelumnya. Generasi sekarang tidak membawa kertas dan pensil kemana-
mana.Sebagai penggantinya, mereka menggunakan ponsel pintar untuk berbagai
keperluan.Apakah hal ini mengganggu bila sedang pelajaran ? Apakah kita yakin
bahwa anak muda tertentu mencatat dan bukan ber-snapchat dengan temannya ?
Namun, sebaliknya, apakah kertas dan pensil menunjukkan bahwa kita memang
sedang mencatat dan bukan sekedar corat-coret ?
Jadi,
sebenarnya bukan medianya yang perlu kita permasalahkan, melainkan hasil
produktivitaslah yang sebenarnya menentukan.Bila kita lebih banyak berfokus
kepada target yang ingin dicapai dengan mudah kita bisa berkomunikasi satu sama
lain tanpa harus nyinyir membahas “caranya”.Marilah kita sama-sama sepakat dan
jelas mengenai tujuan yang akan di raih dan biarkan setiap generasi bekerja
dengan caranya sendiri.
Teknologi
seharusnya menjadi alat bantu bagi kita untuk mencapai tujuan bukan menjadi
bahan perdebatan.Gawai adalah media untuk meningkatkan produktivitas dan
memudahkan belajar siswa.Literasi media digital dibutuhkan untuk saat ini, tapi
bukan satu-satunya.Mari satukan persepsi dan bijaksanalah menggunakannya.
Salam
Literasi
Salam
Katakan dengan Buku
Komentar
Posting Komentar