Paskah: Kekuasaan Allah dan Ketakberdayaan Manusia


Paskah, secara tajam dan gamblang memperlihatkan kekuasaan Allah yang luar biasa mengagumkan di tengah ketidakberdayaan manusia yang menyedihkan. Ia menjadi peristiwa iman. Ia menjadi titik awal teologi Kristen dan sejarah keselamatan.

Pada saat yang sama, ia memproklamasikan secara lantang siapa itu Yesus sehingga menghentikan semua perdebatan tentang keunggulan diriNya dan misiNya, meski memunculkan persoalan baru. Persoalan bahwa ajaranNya yang tertanam dalam diri para pengikutnya yang sederhana tidak bakal mati meski ditindas, dicoba dibasmi.

Pada pihak lain, Paskah memperlihatkan bagaimana Allah memanfaatkan ketidakberdayaan manusia demi namaNya. Fenomena ini harus disadari benar karena para pengikut inti Yesus adalah manusia tidak berdaya, miskin bahkan kelas manusia pengembara yang rela mengikuti sang pemimpin yang tidak punya bantal kepala dan rumah untuk menetap sekalipun.

Mereka adalah orang-orang lugu, penakut khas orang miskin yang tidak mempunyai akses terhadap kekuasaan. Jadi jangan membayangkan mereka punya kekuatan yang menindas. Selain Yoseph Arimatea dan Maria Magdalena, kisah mereka adalah kisah tentang orang kecil buangan.

Lebih celaka lagi, gagalnya berbagai harapan yang dipertautkan masyarakat Yahudi kepada Yesus dan inti dasar ajaranNya membuat Yesus dan pengikutNya senantiasa berada dalam kubu yang berseberangan dengan mayoritas masyarakat, para penguasa agama dan penguasa serta penjajah.

Pada titik ini, Paskah sekaligus memperlihatkan gagalnya public relation-nya Allah. Akibatnya, berbagai perdebatan, kisah tentang Dia tidak bisa dipaksakan untuk dibungkam.

Dan sejarah ke-Kristen-an memperlihatkan upaya untuk membungkam atau membakar tulisan-tulisan paling biadab sekalipun tidak pernah dilakukan oleh Gereja. Akibatnya kisah, penafsiran tentang siapa Yesus bisa dipelintir seenaknya oleh siapa saja dan sampai kapanpun. Video Yesus sebagai gigolo dan band-gang rape pun bisa anda saksikan, ketika di kelompok lain, pertunjukan biadab itu sudah menggerakkan orang untuk berdemo dan membunuh orang lain.

Pada masa modern sekalipun, sikap itu tampaknya dipertahankan oleh Gereja. Malah jadi lahan bisnis. Bukan cuma lahan provokasi. Injil Barnabas, novel sekelas karya Dan Brown tetap dibiarkan beredar dan diyakini sebagai kebenaran oleh segelintir orang. Repotnya, novel dari penulis sekelas Dan Brown diterbitkan oleh penerbit yang pada masa awalnya ditopang oleh umat Kristen.

Apakah umat Kristen bisa mengatakan bahwa Injil Barnabas itu sampah?

Lalu, apakah Yesus dan para pengikutNya gagal?
Sama sekali tidak! Yesus memang memilih jalanNya sendiri.
Bukti paling kuat dari kehebatan, kekuatan dan kebenaran ajaran Yesus terlihat pada sikap para rasulNya. Mereka semua rela mati demi Yesus
.
Memangnya ada ajaran lain yang dipertahankan dengan nyawa, kemartiran ala Kristen? Tidak ada.

Paskah hanya membuktikan bahwa ajaran Yesus bakal tetap dipertahankan dengan darah oleh para pengikutNya sebagai persembahan. Dan di Afrika kini, ratusan umat Kristen masih dibantai oleh orang-orang yang mengaku memuliakan Allah mereka. Anda tentu bisa bayangkan Allah yang dipuja dengan membunuh manusia lain.

Umat Kristen Afrika yang dijagal oleh kaum biadab tentu ingin hidup lebih lama. Tetapi mereka memilih mempersembahkan diri kepada Allah dengan nyawa mereka sendiri. Persis seperti Guru Agung mereka, Yesus Kristus yang mempersembahkan diriNya bagi manusia.
Selamat merayakan Hari Persembahan Agung.

Selamat Paskah.

Jacobus E.Lato

Surabaya, Paskah 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Hidup Membiara

Panggilan Karya/Profesi

Tantangan dan Peluang untuk Membangun Keluarga yang Dicita-citakan