Literasi Reba Deru (Bagian Ketiga) : Sedo Deru
Pelaksanaan
perayaan Reba Deru pada hari ketiga cukup melelahkan karena pertama, ada
beberapa sub kegiatan yang wajib dijalankkan secara matrathon, seksama, dan prosedural.Hampir
tidak ada jeda sedikitpun antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya.
Aktivtas tersebut meliputi; Soka Sedo di kampung woe Deru, Kelo Gha’e atau
perakan uwi dari woe Deru ke Woe Loma, soka sedo di kampung woe Loma, Rei-rei
Wara (menghardik badai), He ulo (mengelilingi loka sedo), Sedo Deru, Zo Wuwu
Mai, Ka Zo Wuwu Mai, dan Su’i Uwi.
Kedua,
pada sesi kelo gha’e atau perarakan uwi dari woe Deru menuju woe Loma peserta
yang terlibat diwajibkan untuk tetap melantunkan
syair o uwi dengan ayunan langkah dan hentakkan kaki yang berirama. Sementara jarak
antara kampung woe Deru menuju woe Loma cukup jauh yaitu sekitar dua kilometer.
Ditambah lagi dengan posisi kampung woe Loma secara topografis berada lebih
tinggi dibandingkan dengan kampung Woe Deru. Jadi sambil berjalan dengan sedikit
mendaki peserta juga melantunkan syair o uwi. Kendati dihadapkan dengan
padatnya kegiatan dan medan yang demikian toh peserta tidak pernah mengeluh.
Mereka tetap mengikutinya dengan seksama dan menjalaninya dengan enjoy. Akan
terasa dampaknya manakala semua acara tersebut terlewati. Beberapa efek yang
sering dirasakan misalnya; kelelahan, suara menjadi parau (serak), dll.
Setelah
menyanyikan syair He Ulo, petugas yang direkrut secara khusus langsung
menyiapkan diri untuk berdiri diatas Ture Lengi guna memandu prosesi sedo.
Sementara itu peserta yang terlibat mulai mengambil posisi untuk semakin
memperlebar formasi lingkaran hingga mengelili Ngadhu dan Bhaga. Relasi antara
pemandu dan peserta tercipta dalam dialog yang berupa nyanyian baik syair-syair
solo dari pemandu maupun jawaban dari warga yang terlibat didalamnya.
Secara
tekhnis ada aturan tata gerak ketika melantunkan lagu selama sedo. Dalam
keadaan diam (hening) peserta bergerak maju berirama, lompat dengan kaki kiri
dua langkah, kaki kanan dua langkah,kaki kiri dua langkah, sambil menyimak
syair-syair yang dinyanyikan oleh kelompok kecil (choris) berjumlah antara 4-6
orang. Kemudian ditahan sampai kaki kiri diangkat selama dua ketuk irama, lalu
kaki kiri diturunkan sambil mencondongkan badan ke depan, pada saat itu peserta
mengucapkan bagian refrein : ao uwi...ao uwi, sambil melangkah mundur dua kali ke
belakang.
Berikut
ini adalah syair-syair dialog yang dilantunkan dalam nyanyian antara pemandu
dan peserta yang terlibat aktif selama sedo Deru berlangsung :
Pemandu:
O ebu po ba ne’e kajo pera... o , Ao uwi o ...
Peserta
: ao uwi…ao uwi
Pemandu:
Foke mojo so’o miu ma’e tawa..o, Ao uwi o
Peserta:
ao uwi .. ao uwi.
Pemandu:
Mena da dere gha puu Ede meze...o, Ao uwi o
Peserta:
ao uwi...ao uwi
Syair
selanjutnya adalah menyebutkan posisi uwi yang secara berturut-turut dari
keempat arah mata angin, seperti yang berjangssung dalam upacara su’i uwi.
Kemudian
dilanjutkan dengan syair-syair berikut:
Pemandu:
o dia da nga..gha dia pu’u paza o ao uwi o
Peserta:
ao uwi o...
Pemandu:
o dia da tonga..gha dia kisa loka o.. ao uwi o
Peserta:
ao uwi..ao uwi.
Pemandu:
Deru ine Pama bhaga kazi meze masa o..ao uwi o..
Peserta:
ao uwi...ao uwi
Pemandu::
Roja ame Loza ngadhu kazi peso dora o..ao uwio..
Peserta:
ao uwi...ao uwi
Pemandu:
Patola ba ne’e Gebha Wea o ao uwi o
Peserta:
ao uwi o ao uwi
Pemandu: O dia da kakogha bhila manu jagoo... ao uwi o
Peserta
: ao uwi...ao uwi
Pemandu:
O dia da iyee gha bhila jara masio... ao uwi o
Peserta
: ao uwi...ao uwi
Pemandu:
O dia da kakogha bhila manu jagoo... ao uwi o
Perseta:
ao uwi...ao uwi
Pemandu
: O dia da sadho gha ine rie o... ao uwi o
Peserta
: ao uwi...ao uwi
Pemandu:
O dia da leba gha suru laki o... ao uwi o
Peserta:
Ao uwi...ao uwi.
Setelah
acara sedo berakhir, peserta langsung menyiapkan diri untuk kegiatan Zo Wuwu
Mai. Sementara itu beberapa jenis aksesoris yang digunakan sebelumnya seperti
tuba dan sau diwajibkan untuk dilepas atau ditanggalkan. Petugas tertentu
menyiapkan Bhuja (sejenis tombak) yang akan dijadikan media untuk digenggam
oleh empat pasang laki-laki dan perempuan sebagai simbol representasi nama-nama
pasangan suami-sitri dari setiap sa’o yang akan disebutkan selama prosesi dalam
bentuk nyanyian.
Komentar
Posting Komentar