APAKAH DI DAERAH ANDA TERDAPAT GERAKAN LITERASI ?
Jajak
Pendapat via telepon oleh Litbang Kompas tanggal 17-19 Mei 2017 terhadap 512
responden yang berusia 17 tahun di 14 kota besar di Indonesia, memberikan
gambaran pada kita bahwa sebagian besar memang tidak ada gerakan literasi dalam
masyarakat (kompas,Rabu, 7 Juni 2017) .Pernah dengar sih, cuma belum tahu
barangnya seperti apa, ucap salah seorang ibu peserta arisan PKK, RT 07.RW.13
Desa Japan Kecamatan Sooko Kabupaten mojokerto pada hari sabtu, 9 september
2017.
Sekitar jam
16.00 wib, ibu-ibu warga Graha Japan Asri HH yang bergabung dalam wadah PKK
berjalan beriringan dan ada menggunakan sepeda motor menuju arah timur
perumahan, tepatnya di rumah bu Rahmat.Mereka sedang mengadakan pertemuan rutin
bulanan dan arisan.Kegiatan ini mempunyai arti penting karena selain menjalin
tali silaturahim juga sebagai sarana saling sharing sekaligus saling menguatkan
di kalangan warga, terutama kaum perempuan. Beberapa hal penting, satu persatu
mulai dibahas.Setelah tuntas, bu Octa selaku ketua PKK memberikan kesempatan
kepada saya untuk menyampaikan informasi seputar gerakan literasi .
Menciptakan
lingkungan yang literat di graha Japan Asri merupakan tema pokok yang disajikan
kepada peserta yang berjumlah sekitar 40 orang.Berawal dengan paparan melalui
media film animasi, ibu-ibu diajak untuk memahami potret anak Indonesia saat
ini.Ketika menyimak data, banyak yang heran bahkan terdiam.Seakan tidak percaya
bahwa ada 93 dari 100 anak SD telah mengakses pornografi, 21 dari 100 remaja
melakukan aborsi, 135 anak korban kekerasan setiap bulan, 5 dari 100 remaja
tertular penyakit menular seksual, 63 dari 100 remaja berhubungan seks di luar
nikah.Mereka adalah anak di era digital yang menghadapi realita dunia modern.
Menyiapkan
anak-anak dengan membangun budaya literasi dan penguatan pendidikan karakter
merupakan tugas kita sebagai orang tua dan warga masyarakat.Secara konkrit
kedua hal ini bisa dimulai dari keluarga dan masyarakat.Pada ranah keluarga,
menghidupakan literasi bisa dilakukan melalui keteladan.Sedangkan pada level
masyarakat lewat taman baca dan bermain,
belajar bersama dan memberi ruang berdiskusi. Mekanisme/alur penguatan Pendidikan Karakter dan Literasi dalam Keluarga dan Masyarakat dapat
direalisasi melalui pengajaran (diajarkan), dibiasakan, dan dilatih secara
konsisten, selanjutnya akan menjadi kebiasaan, dan menjadi karakter, serta berujung menjadi kebuadayaan.
Upaya
sederhana yang bisa dilakukan untuk menciptakan iklim literat di tingkat warga
(masyarakat) adalah memotivasi anak-anak
bahkan orang dewasa untuk bergabung di taman baca Anggrek.Banyak program
menarik yang didesain secara kretaif untuk menggeliatkan literasi, antara lain
: Membaca bersama pada hari sabtu dan minggu jam 16.00 wib, pengembangan diri
dan kreatifitas (mewarnai, menggambar, membuat collase, menyusun puisi, drama,
menulis karangan, cooking class dan aktivitas menarik ainnya).Berikutnya,program
literasi ekologis (pengumpulan dan pemilahan sampah).Beberapa program pendukung
lain meliputi, pengaturan jam wajib belajar, pada jam 18.00-20.00 wib.Ketika
sedang belajar, media elektronik
televisi dan hand phone di matikan serta orang tua wajib mendampingi anak saat
belajar di rumah.
Perihal pembatasan penggunaan gawai memang berkaitan
erat dengan kesehatan dan konten negatif yang bisa merusak kognitif anak.Jika
dibuat dalam bentuk peraturan kita akan mengalami kesulitan untuk mengawasi dan
mengontrol.Jadi, lebih baik membangun gerakan, hal ini akan jauh lebih efektif.Gawai
adalah alat yang dipakai manusia.Jadi, jangan biarkan gawai justru yang
memperalat manusia.
Penguatan
ikatan hubungan keluarga melalui pendampingan orang tua saat jam belajar
merupakan langkah kecil yang bisa dilakukan guna mengembalikan konsep keluarga
yang sesungguhnya.Keluarga sebagai tempat berkumpul, berinteraksi, berdaya,
serta peduli dan berbagi.Dengan menjadikan keluarga tempat berkumpul, bukan
melalui gawai, anggota keluarga bisa berinteraksi tatap muka, mengetahui
ekspresi dan emosi atau suasana hati serta meminimalisir terjadinya kesalahan
persepesi.Bahkan, sentuhan nyaman dan aman yang terkadang dibutuhkan juga bisa
dialkukan.Melemahnya komunikasi langsung di antara anggota keluarga itu tidak
hanya dialami keluarga di wilayah urban, tetapi juga di perdesaan.Bahkan
mungkin kenyataan ini juga dialami masyarakat adat.
Mojokerto,
10 September 2017
Salam
Literasi
Komentar
Posting Komentar