Fridus Muga : Denge, Dongo, Wesi (Destiny )
Dalam metode appreciative inquiry, dibutuhkan ‘tempat tujuan’ untuk mengimplementasikan program yang sudah disusun. Program yang sudah dirancang, tentu butuh strategi pelaksanaannya. Strategi pelaksanaan itu disebut destiny. Bagaimana mendaratkan mimpi besar dan program yang sudah didesign. Pada tahap ini, Pak Fridus memperkenalkan tiga langkah strategis implementatif.
Pertama, DONGO . Apapun yang dilakukan harus ada melewat i tahap yang disebut Dongo (tinggal). Secara harafiah dongo terdiri dari kata do = menyentuh dan ngo = bekerja. Filosofi dongo sangat diimplementasikan secara konsisten ketika Pak Fridus memutuskan untuk tinggal di tanah Ngada. Fridus bertempat tinggal di kota Bajawa dan mengenal kehidupan masyarakat kota, dan bekerja di Malanuza (desa). Kerja kerasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Ngada di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi . Praktek hidup yang ia jalani merupakan strategi untuk mengajak warga Ngada yang mayoritas petani untuk tinggal (dongo) di kebun. Menyentuh tanah, mengolah tanah dan melakukan aktivitas pertanian di kebun. Ajakan untuk bekerja keras dan memberikan contoh merupakan strategi menggapai kesuksesan suatu program .
Inspirasi kedua yakni DENGE ( mendengar). Agar kualitas pekerjaan kita terjaga dan mendapatkan nilai lebih, dibutuhkan sikap dan kerelaan untuk mendengar (Denge). Aneka kebijakan dan kearifan lokal masyarakat Ngada biasanya diwariskan secara verbal (bahasa tutur) sehingga sangat mengandalkan kemampuan mendengar (denge). Adanya masukan atau input input berupa pengetahuan, ketrampilan dan praktek baik (best practise) dari berbagai tempat dijadikan ‘inspirasi baru’ dalam menjalani kehidupan. Siapa pun yang setia mendengar, akan mendapatkan kapasitas lebih. Denge pun bukan saja berarti mendengar tetapi de – nge (supaya bisa, supaya memiliki kapasitas). Nge dalam bahasa bajawa artinya bisa, mampu. Fridus Muga pun sudah mendengar keluhan masyarakat untuk menghadirkan perguruan tinggi dan saat ini perguruan tinggi Citra Bakti sudah hadir di Ngada.
Strategi
ketiga adalah WESI . Wesi dalam bahasa Bajawa artinya
memberi makan ternak. Namun bila
dieja, maka wesi terdiri dari dua kata –
we = supaya , Si = berkembang. Seluruh aktivitas beternak diharapkan agar
ternak bisa bertumbuh baik, atau gemuk. Dalam bahasa pemberdayaan (literasi), we
si artinya memiliki kapasitas, memiliki
kemampuan, berkembang. Strategi
pengembangan program di kabupaten Ngada , menurut Pak Fridus harus
memiliki tiga strategi ini : Dongo,
Denge , Wesi. Setelah menghadirkan
perguruan tinggi di Malanuza, masyarakat
yang tinggal di sekitar kampus mendapatkan benefit secara ekonomi berupa
penyediaan kos, kios, warung untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa. Yang disentuh bidang pendidikan, tetapi berdampak
positif bagi pengembangan sosial ekonomi.
Di dalamnya terjadi peningkatan kapasitas di bidang ekonomi dan sosial
(we-si = supaya berkembang, supaya meningkat). Bersambung...
Surabaya, 20 Agustus 2020
Eddy Loke
Komentar
Posting Komentar