Menanam Bambu Wujud Pertobatan Ekologis
Menanam
bambu merupakan aksi nyata pertobatan ekologis sekaligus melestarikan alam agar
tampak hijau dan tidak gersang. Demikian disampaikan oleh Urbanus Liko ketua
Orang Muda Katolik (OMK) Stasi Nenoriwu ketika merespon obrolan singkat di
media sosial . Kegiatan yang sama juga dilakukan oleh OMK San Juan Stasi Dona
Naruwolo pada hari Kamis (27/02/2020).
Area yang
menjadi obyek penanaman bambu dari OMK kedua stasi juga berbeda. OMK San Juan
stasi Dona menanam bambu di area Leko Radhi sedangkam OMK Nenoriwu di Rutojawa tepatnya di bagian Utara atau
belakang gedung sekolah dasar negeri Rutojawa. Sedikit gambaran, bahwa lokasi
yang dipilih oleh OMK Nenoriwu tersebut beberapa tahun yang lalu pernah longsor
bahkan nyaris merobohkan beberapa ruang kelas dari sekolah tersebut.
Aktivitas
menanam bambu yang dilakukan oleh OMK Nenoriwu dan San Juan Dona merupakan bentuk
implementasi pertobatan setelah mengikuti kegiatan kuliah umum bersama Dr.
Nicolaus Noywuli,S.Pt.,M.Si ketika temu OMK dua paroki yakni Jerebuu dan paroki
Ruto pada hari Minggu (12/01/2020) yang bertempat di Dona juga.
Tema yang
diusung dalam kuliah umum kala itu adalah Perwujudan Pertobatan Ekologis
Melalui Budidaya Bambu. Menurut Bannuzt, pertobatan Ekologis sangat dibutuhkan
karena manusia banyak melakukan dosa terhadap alam. Oleh karena itu aksi
penanaman bambu merupakan hasil dari perubahan pola pikir yang di wujud
nyatakan dalam perilaku sederhana.
Lebih
lanjut, Bannuzt mengutip pendapat Dr. Nico bahwa OMK adalah generasi muda yang
merupakan agen perubahan dan agen kontrol terhadap pembangunan yang menitikberatkan
pada pemanfaatan SDA dan lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan.
Mengingat saat ini umat Katolik sudah memasuki masa puasa maka kita semua juga
diajak untuk berdoa, pantang, dan melakukan aksi kebaikan dalam berbagai bentuk
terutama membangun relasi yang harmonis dengan alam dan lingkungan hidup kita.
Dalam kuliah umum beberapa waktu yang lalu doktor
lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Studi Ilmu Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan memaparkan bahwa dirinya memilih bambu sebagai
tanaman unggulan karena beberapa alasan yakni pertama Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa bambu merupakan tumbuhan yang merupakan penyerap
karbon dioksida nomor dua terbesar setelah Trembesi. Bambu mampu menyerap CO2
mencapai 12 ton per hektar per tahun. Dengan demikian penanaman bambu merupakan
upaya yang sangat penting dalam rangka mereduksi emisi gas rumah kaca.
Kedua, dari sisi manfaat ekologis, tanaman
bambu memiliki kemampuan menjaga keseimbangan lingkungan karena sistem
perakarannya dapat mencegah erosi dan mengatur tata air serta dapat tumbuh pada
lahan marginal.
Ketiga, Manfaat sosial budaya, bahwa banyak
kearifan lokal yang bersentuhan langsung dengan bambu. Masyarakat Kabupaten
Ngada sudah membudaya dengan bambu. Banyak penggunaan atribut seni dan budaya
dari bambu dan makna philosophy hidup bambu. Dengan menguasai atau memiliki
banyak rumpun bambu atau rapu bheto, secara tidak langsung dapat menaikan
status sosial seseorang, suku atau woe di tengah masyarakat. Selain itu dikenal
dengan tradisi rii bheto, ghoro wae, dan wasi mata wae.
Keempat, Untuk melakukan budidaya bambu,
tidak diperlukan investasi yang besar.Budidaya bambu dapat dilakukan oleh siapa
saja, dengan peralatan sederhana dan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang
tinggi.
Kelima, Bambu dapat tumbuh di lahan yang
sangat kering maupun di lahan yang banyak disirami air hujan. Bambu memiliki
tingkat pertumbuhan yang sangat cepat, berbeda dengan pohon kayu hutan yang
baru siap tebang dengan kualitas baik setelah berumur 40-50 tahun, maka bambu
dengan kualitas prima dapat diperoleh hanya pada umur 3-5 tahun.
Keenam, Tanaman bambu mempunyai ketahanan
yang luar biasa. Rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi,
bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu
adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih bertahan hidup. Demikian halnya
dengan kegiatan pengolahan bambu juga tidak membutuhkan teknologi dan investasi
besar, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari bambu (John Lobo).
Komentar
Posting Komentar