Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

Praktik Baik Tugas Gereja Menjadi Saksi Kristus (Martyria)

Gambar
 

Prize Money Bagi Anak Usia Dini Dalam Sepak Bola

Gambar
Imam Syafii : Dosen Unesa Surabaya  Pemberian hadiah uang atau prize money pada event sepak bola usia dini sering diperdebatkan. Ada pihak yang tidak sependapat karena terkait dengan perkembangan motivasi anak dikemudian hari. Tetapi ada pihak yang tidak mempermasalahkan karena hadiah tersebut nantinya bisa digunakan bersama untuk kepentingan timnya.  Induk organisasi sepak bola seperti FIFA hingga PSSI memang tidak melarangnya, namun dalam panduan pelaksanaan turnamen usia muda, mereka menyarankan bahwa reward yang diberikan kepada tim tidak dalam bentuk uang tunai. Mereka menyarankan dalam bentuk peralatan latihan atau barang yang bisa memberikan kenangan kepada pemain dalam kurun waktu yang lama, seperti medali, plakat, piagam dan sejenisnya.   Pengalaman penulis mengikuti beberapa turnamen di luar negeri walaupun biaya pendaftarannya relatif lebih mahal dari yang diselenggarakan di Indonesia, belum pernah ada yang memberikan hadiah uang tunai.  Dari sudut pandang pemain, sebenarnya

Merancang Kebutuhan Bertanding, Kecerdasan, dan Pengambilan Keputusan Pesepakbola Usia Dini

Gambar
  Imam Syafii, Dosen Universitas Negeri Surabaya  Dalam Grassroots Handbook Asian Football Confederation (AFC) disebutkan bahwa standar kebutuhan bertanding pesepakbola usia dini setiap tahunnya mencapai 25-30 kali. Kelompok usia dini atau yang sering disebut Fase Grassroots menurut Federation International Football Association (FIFA) adalah kelompok anak-anak dengan rentang usia 6 hingga 12 tahun.  Jumlah bertanding yang direkomendasikan FIFA tersebut, sudah seharusnya menjadi rujukan bagi pengelola sepak bola usia dini seperti Sekolah Sepak Bola (SSB), akademi dan sejenisnya. Mereka   harus mampu merancang kebutuhan bertanding siswanya dalam kurun waktu satu tahun secara terencana, bertahap dan berkelanjutan.  Selama ini, cara yang ditempuh pengelola wadah pembinaan usia dini dilakukan dengan dua cara, yakni mengikutserakan pada turnamen atau pertandingan persahabatan.  Di Indonesia, turnamen kelompok usia yang antara 10 hingga 12 tahun hampir setiap bulan selalu ada. Untuk memenuhi

Bukan Anak Pintar

Gambar
Lima tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 14 Juni 2019, ananda Clay Wogo mendapat apresiasi berupa trophy dari SMP Katolik St. Yusuf Mojokerto pada saat akhir tahun pelajaran tepatnya kenaikan kelas dari kelas 7 ke kelas 8. Trophy yang diterima Clay bukan karena juara kelas berupa torehan prestasi akademis atau non akademis terkait pengembangan minat dan bakat. Clay dinobatkan sebagai siswa yang paling rajin dengan ketidakhadiran nol atau selama satu tahun pelajaran 2018/2019 Clay tidak pernah absen atau tidak pernah tidak masuk sekolah. Khitah dari lembaga pendidikan Katolik milik Yayasan Yohanes Gabriel atau Keuskupan Surabaya ini menarik dan cukup anti mainstream mengingat tidak semua sekolah melakukan hal tersebut.   Pantauan penulis, sekolah lebih dominan memberikan apresiasi dalam berbagai bentuk termasuk beasiswa hanya kepada peserta didik yang juara kelas dalam perolehan nilai akademis, lomba pengembangan minat dan bakat, dll. Jarang sekali atau mungkin mustahil kalau sekolah